PENGAJARAN NON DIREKTIF:
METODE KONSELING SEBAGAI SUATU MODEL
Model Pengajaran Non-Direktif didasarkan kepada penelitian dari Carl Roger dan para pendukung lain dari konseling non-direktif. Rogers memperluas pandangan terapinya sebagai suatu model pembelajaran bagi pendidikan: beliau percaya bahwa hubungan manusia yang positif akan memberikan kesempatan luas bagi sumberdaya manusia untuk berkembang, dan oleh karenanya, instruksinya harus lebih didasarkan kepada konsep hubungan sumberdaya manusia ketimbang kepada konsep masalah subyek, proses berfikir, ataupun sumber-sumber intelektual lainnya. Peran guru dari pengajaran non-direktif adalah pada peran dari guru tersebut sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Didalam peran ini, guru akan membantu siswa untuk menemukan gagasan-gagasan baru tentang kehidupannya, baik yang berhubungan dengan sekolah maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Model ini berasumsi bahwa siswa mau bertanggungjawab atas proses belajarnya dan keberhasilannya sangat tergantung kepada keinginan siswa dan pengajar untuk berbagi gagasan secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain.
Orientasi terhadap Model Ini
Model pengajaran non-direktif berfokus kepada fasilitator belajar. Tujuan utamanya adalah untuk membantu siswa didalam mencapai integrasi dan efektivitas tertinggiya serta melakukan penilaian mandiri yang realistic.
Modle ini menggambarkan konsep yang dikembangkan oleh Carl Roger untuk konseling non-direktif, dimana kapasitas klien untuk memperlakukan kehidupannya secara konstruktif sangat ditekankan. Dengan demikian, didalam pengajaran non-direktif guru sangat mempedulikan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalahnya dan merumuskan solusi-solusinya.
Pengajaran non-direktif cenderung bersifat berfokus kepada siswa dimana fasilitator berusaha untuk melihat dunia sebagiamana siswa melihatnya. Hal ini akan menciptakan suasana komunikasi yang empathetic dimana pengendalian diri siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.
Guru juga berperan sebagai benevolent after ego, dimana ia menerima semua perasaan dan pemikiran, bahkan dari siswa yang memiliki pendapat keliru. Disini guru secara tidak langsung berkomunikasi dengan siswa bahwa semua pendapat dan perasaan bisa diterima.
Teknik utama untuk mengembangkan hubungan yang fasilitatif adalah dengan wawancara non-direktif, suatu rangkaian pertemuan face-to-face antara guru dengan siswa. Selama wawancara, guru menempatkan dirinya sebagai kolaborator didalam proses eksplorasi diri siswa dan pemecahan masalah. Wawancara sendiri dirancang untuk berfokus kepada keunikan individual dan pentingnya kehidupan emosional pada semua aktivitas manusia. Meskipun teknik wawancara dipinjam dari konseling, namun teknik ini tidak sama di ruang kelas karena berada pada setting klinik (penyembuhan).
Menurut Roger, suasana wawancara terbaik memiliki empat kualitas, antara lain:
Guru menunjukkan kehangatan dan tanggap
Hubungan konseling dicirikan oleh rasa permisif yang ditunjukkan oleh ekspresi
Siswa bebas mengekspresikan pendapatnya, namun dalam batasan bahwa ia tidak bebas untuk mengendalikan guru atau melakukan gerak hatinya dengan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan
Hubungan konseling bersifat bebas dari suatu jenis tekanan atau koersi
Didalam wawancara non-direktif, guru menginginkan siswanya untuk bisa melewati empat tahap pertumbuhan personal:
pelepasan perasaan
Pemahaman yang diikuti oleh
Tindakan, dan
Integrasi
Yang mana keempat-empatnya diharapkan akan bisa menumbuhkan orientasi baru. Gambar 9-1 mengilustrasikan proses ini
Guru tergantung kepada tiga konsep untuk mengukur arah dan perkembangan proses konseling yang terjadi didalam wawancara non-direktif, yaitu
pelepasan perasaan (atau catharsis)
pemahaman
integrasi
Konsep-konsep ini dihubungkan disini dimana semuanya menekankan elemen-elemen perasaan dan elemen-elemen emosional dalam suatu situasi. Tiap-tiap konsep memiliki fungsi masing-masing, namun secara bersama-sama konsep-konsep ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengalaman. Penggunaan konsep-konsep ini sangat penting didalam konseling untuk masalah kelas dan pemecahan masalah individual.
Pelepasan perasaan (catharsis) mencakup penghancuran batas-batas emosional yang seringkali mengganggu kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu dilemma. Dengan menghilangkan emosi diseputar suaut masalah, maka seseorang akan bisa membuat perspektif dan wawasan baru terhadap masalah itu.
Menurut Roger, merespon basis intelektual dalam masalah siswa akan menghambat ekspresi perasaan, yang berada pada akar masalah. Tanpa melepaskan dan mencari perasaan-perasaan ini, siswa akan menolak saran dan tidak mampu melakukan perubahan perilaku.
Pendekatan non-direktif akan sangat membantu menggarisbawahi bahwa cara-cara yang paling efektif dalam mengungkap emosi yang mendasari suatu masalah adalah dengan mengikuti pola perasaan siswa ketika mereka dibebaskan untuk berekspresi. Bukannya diminta untuk memberikan pertanyaan langsung, guru akan cenderung memilih untuk membiarkan siswa untuk mengikuti aliran pemikiran dan perasaan. Jika siswa mengekspresikan dirinya secara bebas, maka masalah dan emosi yang mendasarinya akan muncul. Proses ini didukung dengan refleksi perasaan siswa, yang oleh karenanya akan membawa mereka kedalam kesadaran dan fokus yang lebih tajam.
Hal ini merupakan kesulitan terbesar bagi kita karena kita lebih terbiasa dengan isi apa yang dikatakan seseorang ketimbang sikap emosional mereka. Tidak seperti jenis hubungan guru-siswa lainnya, konseling non-direktif biasanya melihat tiga sumber masalah siswa, yaitu:
Perasaan saat ini
Perasaan yang menyimpang
Alternatif yang tidak tereksplorasi yang disebabkan oleh reaksi emosi kepada mereka
Respon semidirektif terhadap perasaan dapat dianggap sebagai respon direktif, namun digunakan pada tingkat tertentu oleh konselor. Ada dua jenis respon semi direktif ini: Interpretasi dan persetujuan. Keduanya digunakan karena merujuk kepada gaya non-direktif, namun jarang bermanfaat dalam mengubah wawancara.
Interpretasi oleh guru juga dapat mempromosikan pembahasan lebih lanjut oleh siswa yang tidak dapat memberikan penjelasan tentang perilakunya. Respon yang bersifat interpretative adalah usaha-usaha untuk memberikan saran kepada siswa yang tidak bisa melanjutkan diskusi. Namun interpretasi hanya diberikan kepada perasaan-perasaan yang secara pasti bisa diterima oleh siswa. Keputusan untuk menggunakan interpretasi harus dilakukan secara sangat hati-hati oleh guru dan digunakan hanya pada situasi dimana guru yakin bahwa interpretasi akan jauh lebih baik daripada dialog. Berikut ini merupakan contoh pertanyaan yang bisa digunakan dalam pendekatan intepretratif
“ Anda melakukan ha ini karena ….”
“ Mungkin anda merasa bahwa anda tidak ingin sukses”
“ Anda mengatakan kepada saya bahwa masalah yang anda hadapi adalah …”
Pernyataan persetujuan akan mengevaluasi siswa dan gagasannya; guru menggunakannya untuk memberikan dukungan emosional. Persetujuan biasanya diberikan hanya ketika perkembangan yang sebenarnya sudah dicapai dan harus digunakan secara sangat hati-hati. Persetujuan sebagai suatu teknik harus digunakan secara sangat hati-hati, atau dapat menjadi tanda bagi siswa yang sudha menjalani wawancara. Teknik lainnya, seperti teknik ringkasan (summarizing), akan lebih cocok untuk strategi non-direktif. Didalam membuat pernyataan persetujuan guru dapat mengatakan
“Itu benar …”
“Komentar yang bagus, dan mungkin sangat berguna untuk memikirkannya lagi”
“Gagasan terakhir itu secara khusus kuat. Dapatkah anda lebih memperinci lagi?
“Menurut saya, kita sama-sama telah membuat kemajuan”.
Konseling direktif mengimplikasikan suatu hubungan dimana guru berusaha untuk mengubah gagasan siswa dan mempengaruhi sikap mereka. Guru melakukan hal ini dengan memberikan dukungan, mengekspresikan ketidaksetujuan dan kritik, memberikan informasi dan penjelasan, mengusulkan sosialis, atau berusaha untuk meyakinkan siswa. Konseling direktif harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Sikap mental nondirektif memberikan beberapa permasalahan yang menarik. Pertama, bertanggungjawab pada permulaannya dan memelihara tanggungjawab pada sebagian besar penanganan siswa. Pada sebagian besar model pengajaran, guru secara aktif membentuk kejadian dan dapat menggambarkan pola kegiatan yang ada di depan ; akan tetapi pada sebagian besar kejadian konseling, pola kegiatan dan kejadian yang muncul diubah. Kedua, dari sudut pandang guru konseling yang disusun dari sebuah seri gerak respon, yang terjadi dalam sebuah rangkaian yang tidak terduga.
Pengajaran nondirektif mengasumsikan bahwa setiap siswa, situasi, dan setiap guru merupakan sesuatu yang unik, yang terjadi dalam sebuah situasi interview nondirektif yang tidak dapat diantisipasi.
Syntax
Roger menyimpulkan bahwa interview nondirektif mempunyai sebuah rangkaian, meskipun tidak stabilnya dan tak terprediksinya strategi nondirektif. Kita telah membagi rangkaian ini ke dalam lima tahap kegiatan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 9 – 2.
Pada tahap satu, ditetapkan bantuan situasi. Tahap ini menyertakan susunan kata – kata konselor yang mendefinisikan kebebasan siswa untuk mengekspresikann perasaan, sebuah argumen yang fokus pada interview umum, sebuah permulaan pernyataan permasalahan, dan beberapa pembahasan dari suatu hubungan jika hal ini terjadi secara terus menerus, dan menetapkan prosedur pertemuan.
Pada tahap dua, siswa dianjurkan untuk menerima dan mengklarifikasi yang dimiliki oleh guru mengungkapkan perasaan positif dan negatif guna untuk mengeksplor dan menetapkan permasalahan.
Pada tahap tiga, siswa mengembangakan wawasan secara terus menerus; dia mersakan pemahaman baru dalam pengalamannya, melihat hubungan baru dari penyebab dan dampaknya, serta memahami pengertian dari perilaku sebelumnya.
Pada tahap empat, siswa bertindak terhadap perencanaan dan pembuatan keputusan dengan cara menghargai permasalahan. Peran guru untuk mengklarifikasi alternatif.
Pada tahap lima, siswa melaporkan tindakan yang telah diambil, mengembangkan wawasan selanjutnya, dan merencanakan kejadian yang positif dan lebih menyatu secara meningkat.
Syntax yang diberikan di sini dapat terjadi dalam satu interview atau dalam sebuah seri interview. Lima tahap interview nondirektif menyediakan guru dengan sebuah ringkasan proses yang digunakan di dalamnya, meskipun arus spesifik yang dimiliki guru secara minimal hanya dalam hal kontrol. Syntax berbeda dengan perbedaan fungsi, permasalahan dan kepribadian.
Sistem Sosial
Sistem sosial dari strategi nondirektif mempunyai sedikit susunan eksternal. Hal ini membutuhkan guru untuk mengasumsikan peran fasilitator dan reflektor. Siswa utamanya bertanggungjawab pada permulaan dan pemeliharaan kontrol proses interaksi; kekuasaan dibagi antara siswa dan guru.
Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi bagi guru didasarkan pada respon nondirektif. Guru mendekati siswa, memperhatikan dengan kepribadian dan permasalahannya, bereaksi untuk membantu siswa menegaskan perasaan dan permasalahannya, bertanggungjawab terhadap tindakannya, merencanakan objektifnya, serta bagaimana untuk mencapai mereka.
Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk strategi ini varies dengan fungsi interview. Jika interview adalah untuk menegosiasikan kontrak akademik, kemudian kebutuhan sumberdaya untuk arah pembelajaran itu sendiri harus tersedia.Jika interview berisi konseling untuk sebuah perilaku permasalahan, tidak membutuhkan sumber daya di luar kemampuan guru.
Aplikasi
Strategi nondirektif mungkin digunakan untuk beberapa tipe situasi permasalhan: personal, sosial, dan akademik.Di dalam kasus sebuah masalah personal, individu mengeksplor perasaannya tentang dirinya sendiri. Di dalam masalah sosial, dia mengeksplor perasaannya tentang hubungannya dengan yang lain, dan menginvestigasi bagaimana perasaannya tentang dirinya sendiri mungkin mempengaruhi hubungan – hubungan ini. Di dalam masalh akademik, dia mengeksplor perasaannya tentnag kompetensi dan ketertarikannya. Bagimanapun, pada masing – masing kasus, isi interview selalu personal lebih baik dibandingkan dengan eksternal; hal ini berpusat pada perasaan yang dimiliki individu itu sendiri, pengalaman, wawasan, dan solusi.
Untuk menggunakan Model Pengajaran Nondirektif secara efektif, seorang guru harus mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang siswa dapat memahami dan cope dengan dia dan kehidupannya sendiri.
Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasehati, menenangkan, atau membesarkan hati siswa. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosa permasalahan. Pada model ini, guru menentukan pikiran dan perasaan personal sementara dan merefleksikan pikiran dan perasaan yang dimiliki siswa. Dengan melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang mendalam dan menerima perasaan yang dimiliki siswa.
Peran teori yang dimiliki guru di bagian belakang dari interview nondirektif yakni, bahwasanya orang menolak yang mereka rasakan seperti tidak layak atau tidak seseuai dengan pandangan mereka sendiri. Apa yang kita butuhkan, memegang teori, yakni seorang sahabat karib yang dipercayai yang dapat membawa perasaan ini pada kesadaran kita dalam sebuah atmosfir keamanan dan penerimaan.
Untuk menfungsikan peran seorang sahabat yang bisa dipercayai, guru perlu untuk mengembangkan sebuah kerangka referensi internal – untuk merasakan seperti yang siswa rasakan. Roger menyimpulkan bahwa beberapa kondisi benar – benar sulit untuk merasakan prespektif yang dimiliki siswa, khususnya jika siswa bingung. Strategi hanya bekerja jika guru memasukkan dunia pemahaman siswa dan meninggalkan di belakang referensi ekternal tradisional. Mengembangkan sebuah kerangka referensi internal tidaklah mudah pada awalnya, akan tetapi hal ini perlu jika guru memahami siswa, tidak siswanya saja.
Konseling nondirektif menekankan elemen emosional dan kondisi yang lebih dari intelektual. Yang mana, konseling nondirektif berusaha untuk mengorganisasi ulang melalui alam perasaan yang lebih baik dibandingkan melalui pendekatan intelektual. Hal ini mungkin terbuka untuk mengatakan bahwa menggunakan pembelajaran lingkungan menjadi lebih individual dan terbuka, peranan konselor dan menggunakan konferensi satu untuk satu menajadi lebih sesuai untuk guru.
Di sekolah dasar, penetapan kelas terbuka merefleksikan pengadopsian prinsip nondirektif. Sebuah kelas terbuka mempunyai karakteristik sebagai berikut. Pertama, objektifnya merupakan pengaruh perkembangan, pertumbuhan konsep siswa itu sendiri, dan penentuan kebutuhan pembelajaran siswa.Kedua, metode instruksinya diarahkan untuk fleksibilitas siswa dalam pembelajaran. Ketiga, peran yang dimiliki guru merupakan seorang fasilitator, sumberdaya manusia, pembimbing, dan penasehat.Keempat, keputusan yang dimiliki siswa penting untuk dipelajari. Kelima, evaluasi yang sedang berjalan di dalam kelas lebih berisi evaluasi siswa sendiri dibandingkan dengan evaluasi guru. Kemajuan lebih diukur secara kualitatif daripada kuantitatif.
Salah satu pentingnya kegunaan dari pengajaran nondirektif terjadi ketika sebuah kelas menjadi membosankan dan guru menemukan dirinya sendiri yang mendorong siswa melalui latihan – latihan dan pokok permasalahan.
Dampak Instruksional dan Pemeliharaan
Kegiatan tidak ditentukan akan tetapi kegiatan ditentukan oleh pelajar sebagaimana dia berinteraksi dengan guru dan siswa – siswa lain, lingkungan nondirektif sebagian besar tergantung pada dampak pemeliharaannya, dengan dampak intruksional yang mandiri pada keberhasilannya di dalam pemeliharaan perkembangan dirinya sendiri yang lebih efektif ( gambar 9 – 2). Dengan demikian, model dapat dipikirkan seperti pemeliharaan keseluruhan dalam karakter, bergantung pada dampak lingkungan pengalaman nondirektif yang lebih baik dari pada membawa isi dan kemampuan melalui pola kegiatan secara khusus.
Peta Ringkasan : Model Pengajaran Nondirektif
SYNTAX
Tahap Satu : Tahap Dua :
Penetapan Bantuan Situasi Menyelidiki Permasalahan
Guru mendorong, menganjurkan bebas Siswa dianjurkan untuk menemukan
mengungkapkan perasaan. permasalahan.
Guru menerima & mengklarifikasi perasaan.
Tahap Tiga : Tahap Empat :
Mengembangkan Wawasan Perencanaan&Pembuatan Keputusan
Siswa membahas permasalahan Siswa awalnya merencanakan membuat
Guru mendukung siswa keputusan
Guru mengklarifikasi keputusan yang
memungkinkan
Tahap Lima :
Kesatuan
Siswa memperoleh wawasan lebih lanjut & mengembangkan kegiatan yang lebih positif
Guru mendukung
SISTEM SOSIAL
Mode mempunyai sedikit struktur eksternal : guru menfasilitasi; siswa mengawali, dan pembahasan dipusatkan pada permasalhan. Memberikan penghargaan terhadap persetejuan pemahaman perilaku khusus, dan hukuman tidak diterapkan pada strategi ini.Penghargaan merupakan sesuatu yang instrinsik dan meliputi penerimaan, kekosongan, dan pemahaman guru.
PRINSIP REAKSI
Guru menjaugkau siswa, berempati, bereaksi untuk menolong siswa dalam menetapkan permasalahan dan mengambil tindakan untuk mencapai sebuah jalan keluar.
SISTEM PENDUKUNG
Guru membutuhkan ketenangan, privasi untuk menempatkan kontak satu untuk satu, dan pusat sumberdaya untuk konferensi kontrak akademik.
No comments:
Post a Comment