Thursday, September 18, 2008

Do You Know???

Opinion
Gagasan melahirkan tujuan; tujuan melahirkan tindakan; tindakan melahirkan kebiasaan;

kebiasaan mencetak karakter; dan karakter membentuk nasib

Dua Penyebab Kegagalan

 Berikut Merupakan Dua Penyebab Kegagalan dalam menggapai Kesuksessan

  •  Orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak

  • Orang yang bertindak, tapi tidak pernah berpikir

     So, meskipun seseorang mempunyai ide, opini, ataupun segudang gagasan, tapi pabila tidak diwujudkan dengan bertindak, maka akan sia - sia belaka.... ide tinggal ide....gagasan tinggallah gagasan semata.

But...sebaliknya,

     Seseorang yang hanya bertindak, berbuat, melakukan akan tetapi tidak berpikir dampak positif dan negatifnya juga termasuk golongan orang yang grusa grusu, juga sia - sia belaka.....

    So, mari berusaha menjadi orang yang penuh dengan pikiran, ide, ataupun gagasan, dan kemudian berusahalah juga untuk mewujudkannya dengan tindakan - tindakan yang nyata, juga bermanfaat bagi orang lain.

Semangat!!!!!
Semangat!!!!!
And Semangat!!!!!

Full of spirit in your life.

Tuesday, September 9, 2008

Bulan Suci Ramadan yang penuh Berkah telah sampai pada hari yang kesembilan,

mari berdoa bersama - sama semoga Allah senantiasa mengasihi kita dengan Rahmat_Nya yang berlimpah dan tak terhitung.
Semoga Allah juga senantiasa memberi petunjuk dan hidayah "Sirotol MustaqiimNya" bagi kita,
dan
Semoga keridoa-an dan kerelaan Allah selalu mengiringi langkah hidup kita,
dan selalu dibimbing, dan dibimbing selamanya.
Amin Yaa Rabbal aalamiin


Yaa Allah, Sediakanlah untukku sebagian dari rahmat-MU yang luas, dan berikanlah aku petunjuk kepada ajaran-ajaran-MU yang terang, dan bimbinglah aku menuju kepada kerelaan-MU yang penuh dengan kecintaan-MU, Wahai harapan orang-orang yang rindu.

Saturday, September 6, 2008

Ramadan Penuh Maghfiroh

Tak terasa Ramadan telah jatuh pada hari yang keenam

Mari berdoa bersama - sama semoga Allah memberikan lautan maghfirohnya di Ramadan yang keenam ini

"
Yaa Allah, janganlah Engkau hinakan aku karena perbuatan maksiat terhadap-Mu, dan

janganlah Engkau pukul aku dengan cambuk balasan-Mu. Jauhkanlah aku dari hal-hal

yang dapat menyebabkan kemurkaan-Mu, dengan anugerah dan bantuan-Mu,

Wahai puncak keinginan orang-orang yang berkeinginan"

Amin, amin, amin.... Yaa Rabbalaalamiin.

Good Luck For You All !

Saturday, August 16, 2008

Kunci Untuk Maju


     Setiap manusia pastinya mendambakan dekat akan keberhasilan dan kemajuan dalam kehidupannya.Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, bahkan setiap tahun pasti mengharapkan terjadi perubahan dan juga perkembangan dalam kehidupannya. So, as human being especially for the teacher, lecturer, and other must be have...........
> Ada kemauaan " willingness" untuk maju.
> Menjadi pendidik modern yang bisa menanamkan nilai- nilai yang baik.
and.......................
tekhnologi juga sangat berperan serta di era globalisasi saat ini seperti komputer dan juga bahasa sebagai alat komunikasi serta interaksi dengan individu lainnya, yach minimal bahasa Inggris.

    So, kerjakan, lakukan, dan berubahlah untuk hal - hal yang positif. Termasuk saya.........yang juga lagi dalam proses.......
ok good luck for u all.

Friday, May 2, 2008

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ADMINISTRASI PENDIDIKAN & PERILAKU ORGANISASI

( E. Mark Hanson )

KOMUNIKASI ORGANISASI

MODEL KOMUNIKASI S – M – C – R

Model S – M – C – R sebagaimana diilustrasikan pada gamabr 9 -1, tersususn dari bagian – bagian komponen berikut : ( 1 ) sumber ( atau pemula) pesan yang tersandi dalam tulisan, lisan atau beberapa bentuk lain; (2) pesan, yang merepresentasikan gagasan yang dikirimkan; (3) saluran ( medium) melalui pesan yang hilang; dan (4) penerima pesan sandi.

TEORI & KOMUNIKASI KLASIK

Teori klasik telah menetapkan gagasan tentang bagaimana seharusnya proses komunikasi beroperasi, atau siapa seharusnya mengatakan melalui saluran apa, bagi siapa dampaknya. Sebagaimana Roger menyimpulkan “ Komunikasi menjadi formal, hirarki dan terencana; tujuannya untuk memperoleh pekerjaan yang dilakukan, untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Dalam ringkasannya, Taylorism memandang komunikasi seperti satu sisi vertikal ( atas – bawah ) dan tugas – tugas yang berkaitan.

Pemusatan orentasi teori klasik, komunikasi merupakan pengiriman informasi. Proses komunikasi dipandang sebagai sebuah ember yang membawa pesan dari satu orang ke orang lain.




KOMUNIKASI & HUBUNGAN SEKOLAH KEMANUSIAAN

Dengan orentasi hubungan kemanusiaan, dan khususnya ketika dikembangkan pada teori kelompok Sosial Politik, kembali memperhatikan terhadap kekurangan yang nampak dan aspek informal model S – M – C – R.

“ Secara signifikan kata ‘commom’, ‘ commune’, dan ‘communication’ mempunyai akar etimologi yang sama, observasi Roger. Komunikasi tidak hanya sebuah masalah tindakan dan reaksi; hal ini merupakan sebuah pertukaran transaksional anatara satu individu atau lebih. Dalam kontek ini, komunikasi dapat didefinisikan sebagai pertukaran pengertian.

TEORI KOMUNIKASI DAN SISTEM TERBUKA

Dalam kontek sistem terbuka, komuniaksi dapat didefinisikan sebagai pertukaran pesan dan pemahaman dianatara sebuah organisasai dan lingkungannya, seperti halnya anatara jaringan dan sub sistem yang saling bergantung. Komunikasi merupakan perekat yang memegang sebuah organisasai bersama – sama dan keharmonisannya.

Teori sistem terbuka memuat orentasi, sebagaimana Katz dan Kahn meyimpulkan bahwa komunikasi tidak dapat difahami semata – mata sebagai sebuah proses pengiriman pesan antara pengirim dan penerima. Komunikasi hanya dapat difahami dalam hubungannya dengan sistem sosial yang terjadi di dalamnya.

Dalam ringkasannya, proses komunikasi dalam sebuah organisasi harus diuji dan difahami dengan sungguh – sungguh, dalam 3 level depicted dalam model S – M – C – R, termasuk yang meliputi (1) proses pengiriman dan penerimaan pesan melalui saluran khusus; (2) rintangan formal dan informal dan proses fasilitator; dan (3) keanekaragaman sosial, politik, budaya, dan lingkungan ekonomi yang mengelilingi dan menembus setiap aspek dari proses komunikasi.

KEADAAN HIRARKI

Everett Rogers mendefinisikan sebuah organisasi seperti sebuah sistem individu yang stabil yang bekerja bersama – sama untuk mencapai, melalui sebuah tingkatan hirarki dan pembagian kerja untuk tujuan umum. Kunci utama fungsi dari susunan organisasi adalah untuk mendefinisikan, menyalurkan, dan memberikan pesan untuk bertindak, kemudian menyediakan stabilitas dan sesuatu yang memungkinkan. Dalam istilah teori informasi, “ Katz dan Kahn menyimpulkan. “ komunikasi yang tertutup menghasilkan kekacauan dalam suatu sistem.”

Komunikasi Vertikal

Siapapun yang bekerja dalam sebuah keadaan hirarki dan telah melihat arus naik dan turunnya mengakui bahwa nada dan intensitas komunikasi yang sering benar – benar berbeda, tergantung apakah hanya menuliskan untuk atasan atau bawahan. Krivonos menyimpulkan penemuan yang berdasarkan kepustakaan terhadap meningkatnya cara komunikasi sebagai berikut.

  1. Bawahan cenderung meningkatkan informasi dengan sebuah cara, yang mana atasan mereka memperbolehkannya.

  2. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan mereka tentang apa yang mereka ingin ketahui.

  3. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan mereka tentang apa yang mereka pikir dan dengar.

  4. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan tentang sesuatu informasi yang merefleksikan sesuatu hal pada mereka sendiri ataupun tidak merefleksikan diri mereka sendiri secara negatif.

Penyaringan Komunikasi

Konsep ini menyarankan bahwa informasi mengalir keatas mengarah keastas yang bersifat menghina atau kritikan mendasar yang merefleksikan kejadian pada level bawah yang telah disaring ( dibersihhkan) pada masing – masing level, seperti halnya bergerak secara hirarki.

Lewis berpendapat bahwa ada tiga faktor interpersonal yang mungkin meliputi; (1) kepercayaan bawahan terhadap atasan mereka (akankah saya memperoleh tambahan karena tugas sekolah?); (2) persepsi yang dimiliki bawahan dalam mengontrol subordinat untuk masa depan mereka; dan (3) mobilitas aspirasi bawahan (ini dapat mempengaruhi saya untuk memperoleh gaji poko).

Kesimpulannya, komunikasi vertikal sering meyimpang antara atasan dan bawahan karena persyaratan informasi mereka yang berbeda, seperti halnya kritikan yang mereka rasakan dalam peran mereka. Ketidakleluasaan lebih besar mengalir bebas dari komunikasi yang meningkat pada komunikasi tambahan, sebagaimana dibahas dalam bab selanjutnya.



Komunikasi Horisontal - Rumor dan Selentingan

Organisasi cenderung menghilangkan semangat jalannya komunikasi sepanjang garis horisontal, karena jalan yang resmi dielakkan. Komunikasi horisontal pada level hirarki yang sama biasanya kurang menjadi sasaran untuk penyimpangan, karena referensi pemahaman yang biasa dan perlakuan yang kurang.

Komunikasi yang berlangsung tersebut juga menghargai garis vertikal ataupun horisontal yang sedang berjalan, yang disebut dengan selentinga. Lewis menulis bahwa informasi berjalan selama ada rumor, hal ini cenderung untuk melalui tiga tipe perubahan.” Perubahan pertama adalah leveling ; leveling merupakan kemerosotan yang jelas, menyederhanakan kontek dan kualifikasi. Perubahan yang kedua adalah sharpening,pilihan hidup dan penetapan data yang dramatis. Perubahan informasi ketiga adalah assimilation;yakni kecenderungan orang untuk mengatur atau memodifikasi rumor.

Informasi yang terlalu berat

Miller meyimpulkan tujuh hasil yang memungkinkan dari informasi yang terlalu berat: (1) omission kelalaian: kegagalan sementara untuk memproses beberapa informasi;(2) error kesalahan: proses infromasi yang tidak benar: (3) queing antri: menunda respon selama periode yang masih sibuk; filtering penyaringan: tidak memproses tipe – tipe informasi yang pasti;(5) generalizing: mengurangi level spesifikasi; (6) multiple channels banyak saluran atau jalan: proses informasi melalui jalan resmi yang lain, seperti dalam desentralisasi; (7) escape pelarian: melarikan diri dari tugas atau lepas tanggungjawab.

Jaringan Komunikasi

Sebuah jaringan diperoleh dari sebuah tubuh individu yang bersifat spesifik yang terkoneksi seperti hubungan dalam proses komunikasi. Katz dan Kahn menetapkan lima isu penting seputar jaringan komunikasi dalam organisasi.

  1. Bentuk putaran. Apakah jaringan mentertakan keseluruhan organisasi atau hanya sebuah sub sistem kecil, seperti pegawainya?

  2. Proses transmisi. Apakah sirkulasi pesan yang sama tidak mengubah keanggotaan jaringan, atau ini dapat dimodifikasi pada pilihan langsung di dalam suatu sistem?

  3. Kapasitas umpan balik. Apakah jaringan didesain untuk mengelilingi umpan balik terhadap yang menetapkan, atau berakhir pada beberapa temapt yang berada di garis bawah?

  4. Efisiensi. Seberapa cepat dan akuratnya informasi dapat disirkulasikan melalui jaringan?

  5. Jaringan/serangan organisasi. Bagaimana mengakhiri serangan antara sistem pengiriman jaringan dan fungsi kebutuhan dari sebuah organisasi?

Berikut ini kesimpulan secara umum yang berasal dari percobaan jaringan komunikasi kelompok kecil.

  1. Pusat jaringan, seperti roda, cenderung lebih cepat dengan sedikit kesalahan untuk permasalahan yang lebih mudah.

  2. Contohnya permasalahan, jaringan desentralisasi paling efisien karena semua partisipan dapat mengeksplor jawaban dan lebih memperkenalkan secara langsung jalan keluar yang memungkinkan.

  3. Desentralisasi jaringan lebih efektif ketika kreatifitas atau pemikiran yang sesuai dibutuhkan.

  4. Semua jaringan menjadi lebih efisien sebagai keanggotaan yang menemukan bagaimana untuk mengorganisasikan mereka sendiri untuk sebuah ditribusi informasi yang sistematik.

  5. Partisipan di dalam jaringan desentralisasi cenderung lebih puas.

  6. Individu merupakan seseorang yang berpusat pada jalannya komunikasi, dan positif dalam mengatur mereka, secara normal diidentifikasi seperti pemimpin.

Medium Komunikasi

Sejumlah tipe penelitian telah dilakukan untuk membandingkan keefektifan berbagai macam pemahaman komunikasi yang sering digunakan di dalam organisasi, seperti (1) hanya lisan, (2) hanya tulisan, ( 3) menggunakan papan buletin, (4) rumor, dan (5) lisan dan tulisan.

Mitchell menulis, “ Hasil biasanya sama: Tulisan ditambah pesan lisan menghasilkan penyimpangan yang paling besar. Pertukaran lisan yang kedua efektif diikuti oleh pesan tertulis, papan buletin, dan selentingan.”

HAMBATAN UNTUK KOMUNIKASI

Hambatan berkomunikasi, dari rintangan penuh untuk distorsi minor, dapat muncul hampir pada beberapa poin di dalam proses yang diilustrasikan pada gamabr 9 – 1. Pada kontek lain, berbagai macam hambatan atau distorsi, terkadang mengarah pada kegaduhan, telah dibahas seperti penyaringan dan komunikasi yang terlalu berat.

Bentuk organisasi

Kompleknya organisasi pendidikan mempunyai volume kertas yang besar yang berjalan melewati mereka di beberapa peristiwa yang diberikan. Ditambah lagi, dalam sebuah organisasi yang besar seringnya memberikan laporan dengan beratus – ratus halaman. Untuk memastikan mereka membaca, biasanya para atasan mempersiapkan sintesa materi mereka pada beberapa halaman. Sintesa ini secara signifikan memungkinkan mempertinggi kesalahpahaman.

Persepsi yang selektif

Kita tidak dapat menyatukan sesuatu yang kita lihat atau dengar, untuk itu kit a hanya mengambil sebagian saja. Sebagaimana Lane, Corwin, dan Monahan menulis,” Pengurus sekolah merupakan seseorang yang memikirkan istilah efisiensi di dalam dunia, yang mana berbeda dari guru mereka yang mungkin berpikir tentang objektifitas pendidikan, permasalahan siswa, dan kondisi pekerjaan.”

KOMUNIKASI NONVERBAL

Kami mengirim pesan nonverbal melalui berbagai media, seperti berikut

  1. Jarak : Bagaimana jarak kita berdiri dari seseorang yang menyarankan sesuatu tentang hubungan kita terhadap mereka. Jarak mungkin merefleksikan status atau keintiman.

  2. Pakaian: Pakaian kita banyak mengatakan bagaimana kita ingin untuk merepresentasikan diri kita- konserfatif, kaya, sendu, tidak terpusat. Cara berpakaian kita sendiri dapat menciptakan tensi.

  3. Kontak fisik: Berjabat tangan, menepuk kedua tangan, mencium pipi, dan memeluk, semua merefleksikan berbagai tingkatan dari sebuah persahabatan.

  4. Ekpresi wajah: Bermuka masam, menguap, tersenyum, dan mengangkat alis, semua hampir mengakui pemahaman secara universal.

  5. Isyarat : beberapa isyarat hampir mengakui pemahaman secara universal, seperti menganggukkan kepala tanda untuk tidak atau setuju, selain itu dapat kaitkan dengan budaya yang utama atau bahkan untuk keunikan yang dimiliki seorang individu.Emosi pikiran kita sering dapat dibaca dalam isyarat tangan kita seperti halnya dalam mata kita.

ANALISA KOMUNIKASI

Roger menceritakan pada kita bahwa ada tiga tipe konsekwensi komunikasi: Perubahan di dalam pengetahuan yang dimiliki oleh penerima, sikap yang dimiliki oleh penerima, dan perilaku dasar yang dimiliki oleh penerima.

Ketika menganalisa proses komunikasi, permasalahan tidak dapat muncul secara sederhana pada sebuah kegagalan dalam komunikasi.Permasalahannya salah satunya bukanlah komunikasi akan tetapi persetujuan. Ketika menganalisa proses permasalahan, terdapat emapat pertanyaan utama yang harus disikapi: (1) Apa situasi dari komunikasi tersebut? (2) Tujuannya apa? (3) Apa logistiknya? Dan (4) apa konsekwensinya?

Situasi dimana kita berkomunikasi biasanya jatuh pada pola. Mitchell menuliskan, “ Peristiwa yang lebih penting, tidak pasti dan tidak diharapkan yakni kita lebih cenderung berkomunikasi dengan yang lain.”

Logistik komunikasi juga harus dianalisa. Isu logistik menyertakan jalannya permasalahan dan jaringan yang digunakan, kelengkapan jaringan, biaya yang menyertainya, dan waktu yang dibutuhkan.Isu logistik mudah terabaikan dalam keadaan di sekolah, karena kita cenderung bergantung pada metode tradisional, seperti mengirim surat ke rumah.

Cara lain untuk penguatan sebuah proses yakni melaksanakan sebuah analisa jaringan komunikasi. Berikut kegiataan yang dapat membantu di dalam pelaksanaan sebuah analisa jaringan.

  1. Melakukan sebuah komunikasi sosiogram yang memetakan siapa yang memperoleh pesan apa ketika melalui saluran yang mana dengan medium apa.

  2. Berapa lama mengambil sebuah pesan untuk memperolah jaringan yang dilewati, dan seberapa akuratnya pada akhir perjalanan?

  3. Apakah kualitas dan karakter umpan balik yang mengembalikan pesan pengirim?

  4. Apakah ada beberapa rintangan komunikasi yang nampak dalam sebuah jaringan?

  5. Dapatkah beberapa komunikasi unik berperan dalam mengidentifikasi jaringan, seperti hubungan, jembatan, opini pemimpin atau isolasi?

  6. Tipe pesan apa yang berjalan melalui jaringan yang paling cepat?

Pendek kata, sebuah analisa proses komunikasi biasanya penting untuk meningkatkan keefektifan, baik pertimbangan formal atau informal, komunikasi verbal atau non verbal.

KESIMPULAN

Komunikasi dengan klarifikasi dan perasaan senang bukanlah tugas sederhana.Bagaimanapun, ada berbagai macam orentasi terhadap, bagaimana hal ini dapat lebih efektif dibawa.Teori klasik, teori sistem sosial, dan teori sistem terbuka seluruhnya tergabung pada sebuah perspektif terhadap proses komunikasi; siapa yang seharusnya berkata, melalui jalan yang mana, untuk siapa, dan apa dampaknya. Teori klasik menekankan bahwa proses komunikasi eksis untuk menfasilitasi perintah dan kontrol manajer terhadap karyawan di dalam sebuah peristiwa formal, hirarki dan cara langsung yang cenderung menurun. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

Orentasi system social ( hubungan manusia ) menyarankan bahwa untuk menjadikan efektif, komunikasi harus mempunyai dua – cara, dan pemahaman akan pesan sebanyak mungkin yang ditemukan di dalam susunan psikologi dari penerima pesan seperti halnya dengan si pengirim pesan.Saluran dapat menjadi tidak formal seperti halnya formal dan mengikutsertakan seseorang yang mempunyai ketertarikan dalam sebuah subjek yang istimewa.

Orentasi siswa yang terbuka, menetapkan proses kerja komunikasi terhadap gambaran berbagai macam subsistem dari sebuah organisasi pada kolaborasi keseluruhan. Orentasi ini menetapkan bahwa antara pengirim dan penerima, proses komunikasi harus menembus masuk pada perbedaan kelas social, nilai budaya, orentasi waktu dan keseluruhan tipe etnosentris.

Tidak satupun kerangka konseptual diperkenalkan di dalam bab yang menjadi ukuran hambatan untuk berkomunikasi. Komunikasi menghambat keberadaan level mikro ( unit sosial ) yang juga eksis pada level makro ( nasional ). Pada tingkatan makro, lebih selektif terhadap persepsi, beban yang terlalu berat, dan tujuan penyaringan eksis yang besar.Barangakali salah satu hambatan terbesar untuk berkomunikasi pada level makro ini adalah kelalaian – kekurangan yang pada umumnya berpusat tentang apa yang terjadi di sekitar kita.

Pada beberapa kasus, baik membahas kemungkinan – kemungkinan ataupun permasalahan komunikasi yang terjadi pada level makro maupun mikro banyak menyisakan pekerjaan yang dilakukan untuk menentukan bagaimana suatu proses dapat ditingkatkan.




ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ADMINISTRASI PENDIDIKAN & PERILAKU ORGANISASI
( E. Mark Hanson )
KOMUNIKASI ORGANISASI
MODEL KOMUNIKASI S – M – C – R
Model S – M – C – R sebagaimana diilustrasikan pada gamabr 9 -1, tersususn dari bagian – bagian komponen berikut : ( 1 ) sumber ( atau pemula) pesan yang tersandi dalam tulisan, lisan atau beberapa bentuk lain; (2) pesan, yang merepresentasikan gagasan yang dikirimkan; (3) saluran ( medium) melalui pesan yang hilang; dan (4) penerima pesan sandi.
TEORI & KOMUNIKASI KLASIK
Teori klasik telah menetapkan gagasan tentang bagaimana seharusnya proses komunikasi beroperasi, atau siapa seharusnya mengatakan melalui saluran apa, bagi siapa dampaknya. Sebagaimana Roger menyimpulkan “ Komunikasi menjadi formal, hirarki dan terencana; tujuannya untuk memperoleh pekerjaan yang dilakukan, untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Dalam ringkasannya, Taylorism memandang komunikasi seperti satu sisi vertikal ( atas – bawah ) dan tugas – tugas yang berkaitan.
Pemusatan orentasi teori klasik, komunikasi merupakan pengiriman informasi. Proses komunikasi dipandang sebagai sebuah ember yang membawa pesan dari satu orang ke orang lain.



KOMUNIKASI & HUBUNGAN SEKOLAH KEMANUSIAAN
Dengan orentasi hubungan kemanusiaan, dan khususnya ketika dikembangkan pada teori kelompok Sosial Politik, kembali memperhatikan terhadap kekurangan yang nampak dan aspek informal model S – M – C – R.
“ Secara signifikan kata ‘commom’, ‘ commune’, dan ‘communication’ mempunyai akar etimologi yang sama, observasi Roger. Komunikasi tidak hanya sebuah masalah tindakan dan reaksi; hal ini merupakan sebuah pertukaran transaksional anatara satu individu atau lebih. Dalam kontek ini, komunikasi dapat didefinisikan sebagai pertukaran pengertian.
TEORI KOMUNIKASI DAN SISTEM TERBUKA
Dalam kontek sistem terbuka, komuniaksi dapat didefinisikan sebagai pertukaran pesan dan pemahaman dianatara sebuah organisasai dan lingkungannya, seperti halnya anatara jaringan dan sub sistem yang saling bergantung. Komunikasi merupakan perekat yang memegang sebuah organisasai bersama – sama dan keharmonisannya.
Teori sistem terbuka memuat orentasi, sebagaimana Katz dan Kahn meyimpulkan bahwa komunikasi tidak dapat difahami semata – mata sebagai sebuah proses pengiriman pesan antara pengirim dan penerima. Komunikasi hanya dapat difahami dalam hubungannya dengan sistem sosial yang terjadi di dalamnya.
Dalam ringkasannya, proses komunikasi dalam sebuah organisasi harus diuji dan difahami dengan sungguh – sungguh, dalam 3 level depicted dalam model S – M – C – R, termasuk yang meliputi (1) proses pengiriman dan penerimaan pesan melalui saluran khusus; (2) rintangan formal dan informal dan proses fasilitator; dan (3) keanekaragaman sosial, politik, budaya, dan lingkungan ekonomi yang mengelilingi dan menembus setiap aspek dari proses komunikasi.
KEADAAN HIRARKI
Everett Rogers mendefinisikan sebuah organisasi seperti sebuah sistem individu yang stabil yang bekerja bersama – sama untuk mencapai, melalui sebuah tingkatan hirarki dan pembagian kerja untuk tujuan umum. Kunci utama fungsi dari susunan organisasi adalah untuk mendefinisikan, menyalurkan, dan memberikan pesan untuk bertindak, kemudian menyediakan stabilitas dan sesuatu yang memungkinkan. Dalam istilah teori informasi, “ Katz dan Kahn menyimpulkan. “ komunikasi yang tertutup menghasilkan kekacauan dalam suatu sistem.”
Komunikasi Vertikal
Siapapun yang bekerja dalam sebuah keadaan hirarki dan telah melihat arus naik dan turunnya mengakui bahwa nada dan intensitas komunikasi yang sering benar – benar berbeda, tergantung apakah hanya menuliskan untuk atasan atau bawahan. Krivonos menyimpulkan penemuan yang berdasarkan kepustakaan terhadap meningkatnya cara komunikasi sebagai berikut.
  1. Bawahan cenderung meningkatkan informasi dengan sebuah cara, yang mana atasan mereka memperbolehkannya.
  2. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan mereka tentang apa yang mereka ingin ketahui.
  3. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan mereka tentang apa yang mereka pikir dan dengar.
  4. Bawahan cenderung untuk menceritakan atasan tentang sesuatu informasi yang merefleksikan sesuatu hal pada mereka sendiri ataupun tidak merefleksikan diri mereka sendiri secara negatif.
Penyaringan Komunikasi
Konsep ini menyarankan bahwa informasi mengalir keatas mengarah keastas yang bersifat menghina atau kritikan mendasar yang merefleksikan kejadian pada level bawah yang telah disaring ( dibersihhkan) pada masing – masing level, seperti halnya bergerak secara hirarki.
Lewis berpendapat bahwa ada tiga faktor interpersonal yang mungkin meliputi; (1) kepercayaan bawahan terhadap atasan mereka (akankah saya memperoleh tambahan karena tugas sekolah?); (2) persepsi yang dimiliki bawahan dalam mengontrol subordinat untuk masa depan mereka; dan (3) mobilitas aspirasi bawahan (ini dapat mempengaruhi saya untuk memperoleh gaji poko).
Kesimpulannya, komunikasi vertikal sering meyimpang antara atasan dan bawahan karena persyaratan informasi mereka yang berbeda, seperti halnya kritikan yang mereka rasakan dalam peran mereka. Ketidakleluasaan lebih besar mengalir bebas dari komunikasi yang meningkat pada komunikasi tambahan, sebagaimana dibahas dalam bab selanjutnya.


Komunikasi Horisontal - Rumor dan Selentingan
Organisasi cenderung menghilangkan semangat jalannya komunikasi sepanjang garis horisontal, karena jalan yang resmi dielakkan. Komunikasi horisontal pada level hirarki yang sama biasanya kurang menjadi sasaran untuk penyimpangan, karena referensi pemahaman yang biasa dan perlakuan yang kurang.
Komunikasi yang berlangsung tersebut juga menghargai garis vertikal ataupun horisontal yang sedang berjalan, yang disebut dengan selentinga. Lewis menulis bahwa informasi berjalan selama ada rumor, hal ini cenderung untuk melalui tiga tipe perubahan.” Perubahan pertama adalah leveling ; leveling merupakan kemerosotan yang jelas, menyederhanakan kontek dan kualifikasi. Perubahan yang kedua adalah sharpening,pilihan hidup dan penetapan data yang dramatis. Perubahan informasi ketiga adalah assimilation;yakni kecenderungan orang untuk mengatur atau memodifikasi rumor.
Informasi yang terlalu berat
Miller meyimpulkan tujuh hasil yang memungkinkan dari informasi yang terlalu berat: (1) omission kelalaian: kegagalan sementara untuk memproses beberapa informasi;(2) error kesalahan: proses infromasi yang tidak benar: (3) queing antri: menunda respon selama periode yang masih sibuk; filtering penyaringan: tidak memproses tipe – tipe informasi yang pasti;(5) generalizing: mengurangi level spesifikasi; (6) multiple channels banyak saluran atau jalan: proses informasi melalui jalan resmi yang lain, seperti dalam desentralisasi; (7) escape pelarian: melarikan diri dari tugas atau lepas tanggungjawab.
Jaringan Komunikasi
Sebuah jaringan diperoleh dari sebuah tubuh individu yang bersifat spesifik yang terkoneksi seperti hubungan dalam proses komunikasi. Katz dan Kahn menetapkan lima isu penting seputar jaringan komunikasi dalam organisasi.
  1. Bentuk putaran. Apakah jaringan mentertakan keseluruhan organisasi atau hanya sebuah sub sistem kecil, seperti pegawainya?
  2. Proses transmisi. Apakah sirkulasi pesan yang sama tidak mengubah keanggotaan jaringan, atau ini dapat dimodifikasi pada pilihan langsung di dalam suatu sistem?
  3. Kapasitas umpan balik. Apakah jaringan didesain untuk mengelilingi umpan balik terhadap yang menetapkan, atau berakhir pada beberapa temapt yang berada di garis bawah?
  4. Efisiensi. Seberapa cepat dan akuratnya informasi dapat disirkulasikan melalui jaringan?
  5. Jaringan/serangan organisasi. Bagaimana mengakhiri serangan antara sistem pengiriman jaringan dan fungsi kebutuhan dari sebuah organisasi?
Berikut ini kesimpulan secara umum yang berasal dari percobaan jaringan komunikasi kelompok kecil.
  1. Pusat jaringan, seperti roda, cenderung lebih cepat dengan sedikit kesalahan untuk permasalahan yang lebih mudah.
  2. Contohnya permasalahan, jaringan desentralisasi paling efisien karena semua partisipan dapat mengeksplor jawaban dan lebih memperkenalkan secara langsung jalan keluar yang memungkinkan.
  3. Desentralisasi jaringan lebih efektif ketika kreatifitas atau pemikiran yang sesuai dibutuhkan.
  4. Semua jaringan menjadi lebih efisien sebagai keanggotaan yang menemukan bagaimana untuk mengorganisasikan mereka sendiri untuk sebuah ditribusi informasi yang sistematik.
  5. Partisipan di dalam jaringan desentralisasi cenderung lebih puas.
  6. Individu merupakan seseorang yang berpusat pada jalannya komunikasi, dan positif dalam mengatur mereka, secara normal diidentifikasi seperti pemimpin.
Medium Komunikasi
Sejumlah tipe penelitian telah dilakukan untuk membandingkan keefektifan berbagai macam pemahaman komunikasi yang sering digunakan di dalam organisasi, seperti (1) hanya lisan, (2) hanya tulisan, ( 3) menggunakan papan buletin, (4) rumor, dan (5) lisan dan tulisan.
Mitchell menulis, “ Hasil biasanya sama: Tulisan ditambah pesan lisan menghasilkan penyimpangan yang paling besar. Pertukaran lisan yang kedua efektif diikuti oleh pesan tertulis, papan buletin, dan selentingan.”
HAMBATAN UNTUK KOMUNIKASI
Hambatan berkomunikasi, dari rintangan penuh untuk distorsi minor, dapat muncul hampir pada beberapa poin di dalam proses yang diilustrasikan pada gamabr 9 – 1. Pada kontek lain, berbagai macam hambatan atau distorsi, terkadang mengarah pada kegaduhan, telah dibahas seperti penyaringan dan komunikasi yang terlalu berat.
Bentuk organisasi
Kompleknya organisasi pendidikan mempunyai volume kertas yang besar yang berjalan melewati mereka di beberapa peristiwa yang diberikan. Ditambah lagi, dalam sebuah organisasi yang besar seringnya memberikan laporan dengan beratus – ratus halaman. Untuk memastikan mereka membaca, biasanya para atasan mempersiapkan sintesa materi mereka pada beberapa halaman. Sintesa ini secara signifikan memungkinkan mempertinggi kesalahpahaman.
Persepsi yang selektif
Kita tidak dapat menyatukan sesuatu yang kita lihat atau dengar, untuk itu kit a hanya mengambil sebagian saja. Sebagaimana Lane, Corwin, dan Monahan menulis,” Pengurus sekolah merupakan seseorang yang memikirkan istilah efisiensi di dalam dunia, yang mana berbeda dari guru mereka yang mungkin berpikir tentang objektifitas pendidikan, permasalahan siswa, dan kondisi pekerjaan.”
KOMUNIKASI NONVERBAL
Kami mengirim pesan nonverbal melalui berbagai media, seperti berikut
  1. Jarak : Bagaimana jarak kita berdiri dari seseorang yang menyarankan sesuatu tentang hubungan kita terhadap mereka. Jarak mungkin merefleksikan status atau keintiman.
  2. Pakaian: Pakaian kita banyak mengatakan bagaimana kita ingin untuk merepresentasikan diri kita- konserfatif, kaya, sendu, tidak terpusat. Cara berpakaian kita sendiri dapat menciptakan tensi.
  3. Kontak fisik: Berjabat tangan, menepuk kedua tangan, mencium pipi, dan memeluk, semua merefleksikan berbagai tingkatan dari sebuah persahabatan.
  4. Ekpresi wajah: Bermuka masam, menguap, tersenyum, dan mengangkat alis, semua hampir mengakui pemahaman secara universal.
  5. Isyarat : beberapa isyarat hampir mengakui pemahaman secara universal, seperti menganggukkan kepala tanda untuk tidak atau setuju, selain itu dapat kaitkan dengan budaya yang utama atau bahkan untuk keunikan yang dimiliki seorang individu.Emosi pikiran kita sering dapat dibaca dalam isyarat tangan kita seperti halnya dalam mata kita.
ANALISA KOMUNIKASI
Roger menceritakan pada kita bahwa ada tiga tipe konsekwensi komunikasi: Perubahan di dalam pengetahuan yang dimiliki oleh penerima, sikap yang dimiliki oleh penerima, dan perilaku dasar yang dimiliki oleh penerima.
Ketika menganalisa proses komunikasi, permasalahan tidak dapat muncul secara sederhana pada sebuah kegagalan dalam komunikasi.Permasalahannya salah satunya bukanlah komunikasi akan tetapi persetujuan. Ketika menganalisa proses permasalahan, terdapat emapat pertanyaan utama yang harus disikapi: (1) Apa situasi dari komunikasi tersebut? (2) Tujuannya apa? (3) Apa logistiknya? Dan (4) apa konsekwensinya?
Situasi dimana kita berkomunikasi biasanya jatuh pada pola. Mitchell menuliskan, “ Peristiwa yang lebih penting, tidak pasti dan tidak diharapkan yakni kita lebih cenderung berkomunikasi dengan yang lain.”
Logistik komunikasi juga harus dianalisa. Isu logistik menyertakan jalannya permasalahan dan jaringan yang digunakan, kelengkapan jaringan, biaya yang menyertainya, dan waktu yang dibutuhkan.Isu logistik mudah terabaikan dalam keadaan di sekolah, karena kita cenderung bergantung pada metode tradisional, seperti mengirim surat ke rumah.
Cara lain untuk penguatan sebuah proses yakni melaksanakan sebuah analisa jaringan komunikasi. Berikut kegiataan yang dapat membantu di dalam pelaksanaan sebuah analisa jaringan.
  1. Melakukan sebuah komunikasi sosiogram yang memetakan siapa yang memperoleh pesan apa ketika melalui saluran yang mana dengan medium apa.
  2. Berapa lama mengambil sebuah pesan untuk memperolah jaringan yang dilewati, dan seberapa akuratnya pada akhir perjalanan?
  3. Apakah kualitas dan karakter umpan balik yang mengembalikan pesan pengirim?
  4. Apakah ada beberapa rintangan komunikasi yang nampak dalam sebuah jaringan?
  5. Dapatkah beberapa komunikasi unik berperan dalam mengidentifikasi jaringan, seperti hubungan, jembatan, opini pemimpin atau isolasi?
  6. Tipe pesan apa yang berjalan melalui jaringan yang paling cepat?
Pendek kata, sebuah analisa proses komunikasi biasanya penting untuk meningkatkan keefektifan, baik pertimbangan formal atau informal, komunikasi verbal atau non verbal.

KESIMPULAN
Komunikasi dengan klarifikasi dan perasaan senang bukanlah tugas sederhana.Bagaimanapun, ada berbagai macam orentasi terhadap, bagaimana hal ini dapat lebih efektif dibawa.Teori klasik, teori sistem sosial, dan teori sistem terbuka seluruhnya tergabung pada sebuah perspektif terhadap proses komunikasi; siapa yang seharusnya berkata, melalui jalan yang mana, untuk siapa, dan apa dampaknya. Teori klasik menekankan bahwa proses komunikasi eksis untuk menfasilitasi perintah dan kontrol manajer terhadap karyawan di dalam sebuah peristiwa formal, hirarki dan cara langsung yang cenderung menurun. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Orentasi system social ( hubungan manusia ) menyarankan bahwa untuk menjadikan efektif, komunikasi harus mempunyai dua – cara, dan pemahaman akan pesan sebanyak mungkin yang ditemukan di dalam susunan psikologi dari penerima pesan seperti halnya dengan si pengirim pesan.Saluran dapat menjadi tidak formal seperti halnya formal dan mengikutsertakan seseorang yang mempunyai ketertarikan dalam sebuah subjek yang istimewa.
Orentasi siswa yang terbuka, menetapkan proses kerja komunikasi terhadap gambaran berbagai macam subsistem dari sebuah organisasi pada kolaborasi keseluruhan. Orentasi ini menetapkan bahwa antara pengirim dan penerima, proses komunikasi harus menembus masuk pada perbedaan kelas social, nilai budaya, orentasi waktu dan keseluruhan tipe etnosentris.
Tidak satupun kerangka konseptual diperkenalkan di dalam bab yang menjadi ukuran hambatan untuk berkomunikasi. Komunikasi menghambat keberadaan level mikro ( unit sosial ) yang juga eksis pada level makro ( nasional ). Pada tingkatan makro, lebih selektif terhadap persepsi, beban yang terlalu berat, dan tujuan penyaringan eksis yang besar.Barangakali salah satu hambatan terbesar untuk berkomunikasi pada level makro ini adalah kelalaian – kekurangan yang pada umumnya berpusat tentang apa yang terjadi di sekitar kita.
Pada beberapa kasus, baik membahas kemungkinan – kemungkinan ataupun permasalahan komunikasi yang terjadi pada level makro maupun mikro banyak menyisakan pekerjaan yang dilakukan untuk menentukan bagaimana suatu proses dapat ditingkatkan.



PENGAJARAN NON DIREKTIF

PENGAJARAN NON DIREKTIF:

METODE KONSELING SEBAGAI SUATU MODEL


Model Pengajaran Non-Direktif didasarkan kepada penelitian dari Carl Roger dan para pendukung lain dari konseling non-direktif. Rogers memperluas pandangan terapinya sebagai suatu model pembelajaran bagi pendidikan: beliau percaya bahwa hubungan manusia yang positif akan memberikan kesempatan luas bagi sumberdaya manusia untuk berkembang, dan oleh karenanya, instruksinya harus lebih didasarkan kepada konsep hubungan sumberdaya manusia ketimbang kepada konsep masalah subyek, proses berfikir, ataupun sumber-sumber intelektual lainnya. Peran guru dari pengajaran non-direktif adalah pada peran dari guru tersebut sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Didalam peran ini, guru akan membantu siswa untuk menemukan gagasan-gagasan baru tentang kehidupannya, baik yang berhubungan dengan sekolah maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Model ini berasumsi bahwa siswa mau bertanggungjawab atas proses belajarnya dan keberhasilannya sangat tergantung kepada keinginan siswa dan pengajar untuk berbagi gagasan secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain.


Orientasi terhadap Model Ini

Model pengajaran non-direktif berfokus kepada fasilitator belajar. Tujuan utamanya adalah untuk membantu siswa didalam mencapai integrasi dan efektivitas tertinggiya serta melakukan penilaian mandiri yang realistic.

Modle ini menggambarkan konsep yang dikembangkan oleh Carl Roger untuk konseling non-direktif, dimana kapasitas klien untuk memperlakukan kehidupannya secara konstruktif sangat ditekankan. Dengan demikian, didalam pengajaran non-direktif guru sangat mempedulikan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalahnya dan merumuskan solusi-solusinya.

Pengajaran non-direktif cenderung bersifat berfokus kepada siswa dimana fasilitator berusaha untuk melihat dunia sebagiamana siswa melihatnya. Hal ini akan menciptakan suasana komunikasi yang empathetic dimana pengendalian diri siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.

Guru juga berperan sebagai benevolent after ego, dimana ia menerima semua perasaan dan pemikiran, bahkan dari siswa yang memiliki pendapat keliru. Disini guru secara tidak langsung berkomunikasi dengan siswa bahwa semua pendapat dan perasaan bisa diterima.

Teknik utama untuk mengembangkan hubungan yang fasilitatif adalah dengan wawancara non-direktif, suatu rangkaian pertemuan face-to-face antara guru dengan siswa. Selama wawancara, guru menempatkan dirinya sebagai kolaborator didalam proses eksplorasi diri siswa dan pemecahan masalah. Wawancara sendiri dirancang untuk berfokus kepada keunikan individual dan pentingnya kehidupan emosional pada semua aktivitas manusia. Meskipun teknik wawancara dipinjam dari konseling, namun teknik ini tidak sama di ruang kelas karena berada pada setting klinik (penyembuhan).

Menurut Roger, suasana wawancara terbaik memiliki empat kualitas, antara lain:

  1. Guru menunjukkan kehangatan dan tanggap

  2. Hubungan konseling dicirikan oleh rasa permisif yang ditunjukkan oleh ekspresi

  3. Siswa bebas mengekspresikan pendapatnya, namun dalam batasan bahwa ia tidak bebas untuk mengendalikan guru atau melakukan gerak hatinya dengan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan

  4. Hubungan konseling bersifat bebas dari suatu jenis tekanan atau koersi


Didalam wawancara non-direktif, guru menginginkan siswanya untuk bisa melewati empat tahap pertumbuhan personal:

  1. pelepasan perasaan

  2. Pemahaman yang diikuti oleh

  3. Tindakan, dan

  4. Integrasi

Yang mana keempat-empatnya diharapkan akan bisa menumbuhkan orientasi baru. Gambar 9-1 mengilustrasikan proses ini

Guru tergantung kepada tiga konsep untuk mengukur arah dan perkembangan proses konseling yang terjadi didalam wawancara non-direktif, yaitu

  1. pelepasan perasaan (atau catharsis)

  2. pemahaman

  3. integrasi


Konsep-konsep ini dihubungkan disini dimana semuanya menekankan elemen-elemen perasaan dan elemen-elemen emosional dalam suatu situasi. Tiap-tiap konsep memiliki fungsi masing-masing, namun secara bersama-sama konsep-konsep ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengalaman. Penggunaan konsep-konsep ini sangat penting didalam konseling untuk masalah kelas dan pemecahan masalah individual.

Pelepasan perasaan (catharsis) mencakup penghancuran batas-batas emosional yang seringkali mengganggu kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu dilemma. Dengan menghilangkan emosi diseputar suaut masalah, maka seseorang akan bisa membuat perspektif dan wawasan baru terhadap masalah itu.

Menurut Roger, merespon basis intelektual dalam masalah siswa akan menghambat ekspresi perasaan, yang berada pada akar masalah. Tanpa melepaskan dan mencari perasaan-perasaan ini, siswa akan menolak saran dan tidak mampu melakukan perubahan perilaku.

Pendekatan non-direktif akan sangat membantu menggarisbawahi bahwa cara-cara yang paling efektif dalam mengungkap emosi yang mendasari suatu masalah adalah dengan mengikuti pola perasaan siswa ketika mereka dibebaskan untuk berekspresi. Bukannya diminta untuk memberikan pertanyaan langsung, guru akan cenderung memilih untuk membiarkan siswa untuk mengikuti aliran pemikiran dan perasaan. Jika siswa mengekspresikan dirinya secara bebas, maka masalah dan emosi yang mendasarinya akan muncul. Proses ini didukung dengan refleksi perasaan siswa, yang oleh karenanya akan membawa mereka kedalam kesadaran dan fokus yang lebih tajam.

Hal ini merupakan kesulitan terbesar bagi kita karena kita lebih terbiasa dengan isi apa yang dikatakan seseorang ketimbang sikap emosional mereka. Tidak seperti jenis hubungan guru-siswa lainnya, konseling non-direktif biasanya melihat tiga sumber masalah siswa, yaitu:

    1. Perasaan saat ini

    2. Perasaan yang menyimpang

    3. Alternatif yang tidak tereksplorasi yang disebabkan oleh reaksi emosi kepada mereka


Respon semidirektif terhadap perasaan dapat dianggap sebagai respon direktif, namun digunakan pada tingkat tertentu oleh konselor. Ada dua jenis respon semi direktif ini: Interpretasi dan persetujuan. Keduanya digunakan karena merujuk kepada gaya non-direktif, namun jarang bermanfaat dalam mengubah wawancara.


Interpretasi oleh guru juga dapat mempromosikan pembahasan lebih lanjut oleh siswa yang tidak dapat memberikan penjelasan tentang perilakunya. Respon yang bersifat interpretative adalah usaha-usaha untuk memberikan saran kepada siswa yang tidak bisa melanjutkan diskusi. Namun interpretasi hanya diberikan kepada perasaan-perasaan yang secara pasti bisa diterima oleh siswa. Keputusan untuk menggunakan interpretasi harus dilakukan secara sangat hati-hati oleh guru dan digunakan hanya pada situasi dimana guru yakin bahwa interpretasi akan jauh lebih baik daripada dialog. Berikut ini merupakan contoh pertanyaan yang bisa digunakan dalam pendekatan intepretratif

“ Anda melakukan ha ini karena ….”

“ Mungkin anda merasa bahwa anda tidak ingin sukses”

“ Anda mengatakan kepada saya bahwa masalah yang anda hadapi adalah …”

Pernyataan persetujuan akan mengevaluasi siswa dan gagasannya; guru menggunakannya untuk memberikan dukungan emosional. Persetujuan biasanya diberikan hanya ketika perkembangan yang sebenarnya sudah dicapai dan harus digunakan secara sangat hati-hati. Persetujuan sebagai suatu teknik harus digunakan secara sangat hati-hati, atau dapat menjadi tanda bagi siswa yang sudha menjalani wawancara. Teknik lainnya, seperti teknik ringkasan (summarizing), akan lebih cocok untuk strategi non-direktif. Didalam membuat pernyataan persetujuan guru dapat mengatakan

“Itu benar …”

“Komentar yang bagus, dan mungkin sangat berguna untuk memikirkannya lagi”

“Gagasan terakhir itu secara khusus kuat. Dapatkah anda lebih memperinci lagi?

“Menurut saya, kita sama-sama telah membuat kemajuan”.


Konseling direktif mengimplikasikan suatu hubungan dimana guru berusaha untuk mengubah gagasan siswa dan mempengaruhi sikap mereka. Guru melakukan hal ini dengan memberikan dukungan, mengekspresikan ketidaksetujuan dan kritik, memberikan informasi dan penjelasan, mengusulkan sosialis, atau berusaha untuk meyakinkan siswa. Konseling direktif harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Sikap mental nondirektif memberikan beberapa permasalahan yang menarik. Pertama, bertanggungjawab pada permulaannya dan memelihara tanggungjawab pada sebagian besar penanganan siswa. Pada sebagian besar model pengajaran, guru secara aktif membentuk kejadian dan dapat menggambarkan pola kegiatan yang ada di depan ; akan tetapi pada sebagian besar kejadian konseling, pola kegiatan dan kejadian yang muncul diubah. Kedua, dari sudut pandang guru konseling yang disusun dari sebuah seri gerak respon, yang terjadi dalam sebuah rangkaian yang tidak terduga.

Pengajaran nondirektif mengasumsikan bahwa setiap siswa, situasi, dan setiap guru merupakan sesuatu yang unik, yang terjadi dalam sebuah situasi interview nondirektif yang tidak dapat diantisipasi.

Syntax

Roger menyimpulkan bahwa interview nondirektif mempunyai sebuah rangkaian, meskipun tidak stabilnya dan tak terprediksinya strategi nondirektif. Kita telah membagi rangkaian ini ke dalam lima tahap kegiatan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 9 – 2.

Pada tahap satu, ditetapkan bantuan situasi. Tahap ini menyertakan susunan kata – kata konselor yang mendefinisikan kebebasan siswa untuk mengekspresikann perasaan, sebuah argumen yang fokus pada interview umum, sebuah permulaan pernyataan permasalahan, dan beberapa pembahasan dari suatu hubungan jika hal ini terjadi secara terus menerus, dan menetapkan prosedur pertemuan.

Pada tahap dua, siswa dianjurkan untuk menerima dan mengklarifikasi yang dimiliki oleh guru mengungkapkan perasaan positif dan negatif guna untuk mengeksplor dan menetapkan permasalahan.

Pada tahap tiga, siswa mengembangakan wawasan secara terus menerus; dia mersakan pemahaman baru dalam pengalamannya, melihat hubungan baru dari penyebab dan dampaknya, serta memahami pengertian dari perilaku sebelumnya.

Pada tahap empat, siswa bertindak terhadap perencanaan dan pembuatan keputusan dengan cara menghargai permasalahan. Peran guru untuk mengklarifikasi alternatif.

Pada tahap lima, siswa melaporkan tindakan yang telah diambil, mengembangkan wawasan selanjutnya, dan merencanakan kejadian yang positif dan lebih menyatu secara meningkat.

Syntax yang diberikan di sini dapat terjadi dalam satu interview atau dalam sebuah seri interview. Lima tahap interview nondirektif menyediakan guru dengan sebuah ringkasan proses yang digunakan di dalamnya, meskipun arus spesifik yang dimiliki guru secara minimal hanya dalam hal kontrol. Syntax berbeda dengan perbedaan fungsi, permasalahan dan kepribadian.

Sistem Sosial

Sistem sosial dari strategi nondirektif mempunyai sedikit susunan eksternal. Hal ini membutuhkan guru untuk mengasumsikan peran fasilitator dan reflektor. Siswa utamanya bertanggungjawab pada permulaan dan pemeliharaan kontrol proses interaksi; kekuasaan dibagi antara siswa dan guru.

Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi bagi guru didasarkan pada respon nondirektif. Guru mendekati siswa, memperhatikan dengan kepribadian dan permasalahannya, bereaksi untuk membantu siswa menegaskan perasaan dan permasalahannya, bertanggungjawab terhadap tindakannya, merencanakan objektifnya, serta bagaimana untuk mencapai mereka.

Sistem Pendukung

Sistem pendukung untuk strategi ini varies dengan fungsi interview. Jika interview adalah untuk menegosiasikan kontrak akademik, kemudian kebutuhan sumberdaya untuk arah pembelajaran itu sendiri harus tersedia.Jika interview berisi konseling untuk sebuah perilaku permasalahan, tidak membutuhkan sumber daya di luar kemampuan guru.


Aplikasi

Strategi nondirektif mungkin digunakan untuk beberapa tipe situasi permasalhan: personal, sosial, dan akademik.Di dalam kasus sebuah masalah personal, individu mengeksplor perasaannya tentang dirinya sendiri. Di dalam masalah sosial, dia mengeksplor perasaannya tentang hubungannya dengan yang lain, dan menginvestigasi bagaimana perasaannya tentang dirinya sendiri mungkin mempengaruhi hubungan – hubungan ini. Di dalam masalh akademik, dia mengeksplor perasaannya tentnag kompetensi dan ketertarikannya. Bagimanapun, pada masing – masing kasus, isi interview selalu personal lebih baik dibandingkan dengan eksternal; hal ini berpusat pada perasaan yang dimiliki individu itu sendiri, pengalaman, wawasan, dan solusi.

Untuk menggunakan Model Pengajaran Nondirektif secara efektif, seorang guru harus mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang siswa dapat memahami dan cope dengan dia dan kehidupannya sendiri.

Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasehati, menenangkan, atau membesarkan hati siswa. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosa permasalahan. Pada model ini, guru menentukan pikiran dan perasaan personal sementara dan merefleksikan pikiran dan perasaan yang dimiliki siswa. Dengan melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang mendalam dan menerima perasaan yang dimiliki siswa.

Peran teori yang dimiliki guru di bagian belakang dari interview nondirektif yakni, bahwasanya orang menolak yang mereka rasakan seperti tidak layak atau tidak seseuai dengan pandangan mereka sendiri. Apa yang kita butuhkan, memegang teori, yakni seorang sahabat karib yang dipercayai yang dapat membawa perasaan ini pada kesadaran kita dalam sebuah atmosfir keamanan dan penerimaan.

Untuk menfungsikan peran seorang sahabat yang bisa dipercayai, guru perlu untuk mengembangkan sebuah kerangka referensi internal – untuk merasakan seperti yang siswa rasakan. Roger menyimpulkan bahwa beberapa kondisi benar – benar sulit untuk merasakan prespektif yang dimiliki siswa, khususnya jika siswa bingung. Strategi hanya bekerja jika guru memasukkan dunia pemahaman siswa dan meninggalkan di belakang referensi ekternal tradisional. Mengembangkan sebuah kerangka referensi internal tidaklah mudah pada awalnya, akan tetapi hal ini perlu jika guru memahami siswa, tidak siswanya saja.

Konseling nondirektif menekankan elemen emosional dan kondisi yang lebih dari intelektual. Yang mana, konseling nondirektif berusaha untuk mengorganisasi ulang melalui alam perasaan yang lebih baik dibandingkan melalui pendekatan intelektual. Hal ini mungkin terbuka untuk mengatakan bahwa menggunakan pembelajaran lingkungan menjadi lebih individual dan terbuka, peranan konselor dan menggunakan konferensi satu untuk satu menajadi lebih sesuai untuk guru.

Di sekolah dasar, penetapan kelas terbuka merefleksikan pengadopsian prinsip nondirektif. Sebuah kelas terbuka mempunyai karakteristik sebagai berikut. Pertama, objektifnya merupakan pengaruh perkembangan, pertumbuhan konsep siswa itu sendiri, dan penentuan kebutuhan pembelajaran siswa.Kedua, metode instruksinya diarahkan untuk fleksibilitas siswa dalam pembelajaran. Ketiga, peran yang dimiliki guru merupakan seorang fasilitator, sumberdaya manusia, pembimbing, dan penasehat.Keempat, keputusan yang dimiliki siswa penting untuk dipelajari. Kelima, evaluasi yang sedang berjalan di dalam kelas lebih berisi evaluasi siswa sendiri dibandingkan dengan evaluasi guru. Kemajuan lebih diukur secara kualitatif daripada kuantitatif.

Salah satu pentingnya kegunaan dari pengajaran nondirektif terjadi ketika sebuah kelas menjadi membosankan dan guru menemukan dirinya sendiri yang mendorong siswa melalui latihan – latihan dan pokok permasalahan.

Dampak Instruksional dan Pemeliharaan

Kegiatan tidak ditentukan akan tetapi kegiatan ditentukan oleh pelajar sebagaimana dia berinteraksi dengan guru dan siswa – siswa lain, lingkungan nondirektif sebagian besar tergantung pada dampak pemeliharaannya, dengan dampak intruksional yang mandiri pada keberhasilannya di dalam pemeliharaan perkembangan dirinya sendiri yang lebih efektif ( gambar 9 – 2). Dengan demikian, model dapat dipikirkan seperti pemeliharaan keseluruhan dalam karakter, bergantung pada dampak lingkungan pengalaman nondirektif yang lebih baik dari pada membawa isi dan kemampuan melalui pola kegiatan secara khusus.

Peta Ringkasan : Model Pengajaran Nondirektif

SYNTAX

Tahap Satu : Tahap Dua :

Penetapan Bantuan Situasi Menyelidiki Permasalahan

Guru mendorong, menganjurkan bebas Siswa dianjurkan untuk menemukan

mengungkapkan perasaan. permasalahan.

Guru menerima & mengklarifikasi perasaan.

Tahap Tiga : Tahap Empat :

Mengembangkan Wawasan Perencanaan&Pembuatan Keputusan

Siswa membahas permasalahan Siswa awalnya merencanakan membuat

Guru mendukung siswa keputusan

Guru mengklarifikasi keputusan yang

memungkinkan

Tahap Lima :

Kesatuan

Siswa memperoleh wawasan lebih lanjut & mengembangkan kegiatan yang lebih positif

Guru mendukung

SISTEM SOSIAL
Mode mempunyai sedikit struktur eksternal : guru menfasilitasi; siswa mengawali, dan pembahasan dipusatkan pada permasalhan. Memberikan penghargaan terhadap persetejuan pemahaman perilaku khusus, dan hukuman tidak diterapkan pada strategi ini.Penghargaan merupakan sesuatu yang instrinsik dan meliputi penerimaan, kekosongan, dan pemahaman guru.

PRINSIP REAKSI

Guru menjaugkau siswa, berempati, bereaksi untuk menolong siswa dalam menetapkan permasalahan dan mengambil tindakan untuk mencapai sebuah jalan keluar.

SISTEM PENDUKUNG
Guru membutuhkan ketenangan, privasi untuk menempatkan kontak satu untuk satu, dan pusat sumberdaya untuk konferensi kontrak akademik.


Saturday, April 19, 2008

KONSEKWENSI YANG DIMILIKI BUDAYA UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI: SEBUAH PENGUJIAN EMPIRIS DARI BUDAYA, KEBEBASAN, DAN PELAKSANAAN PASAR NASIONAL

Steve D.Papamarcos dan George W.Watson

ABSTRAK

Di dalam penelitian ini kita secara empiris menguji peran budaya di dalam membahas pelaksanaan ekonomi country-level. Kita menemukan hal tersebut, ketika ini hadir dalam pertumbuhan ekonomi, yang mana tidak semua budaya diciptakan sama. Untuk hasil perusahaan global dan praktek manajer, kita mengindikasikan bahwa nilai budaya muncul berarti secara statistik dan secara operasional mempengaruhi ekonomi yang berarti. Kita juga lebih meningkatkan dan menguji peningkatan kerangka di dalam faktor budaya dan politik secara terus menerus yang saling berhubungan dengan pembahasan pertumbuhan. Model interaktif kita dijelaskan secara penuh 51 persen (p<01)>

PENGANTAR

Pada awal pertama abad duapuluh, dunia menyisakan penuh yang dibagi antara kaya dan miskin, demokratis dan otoriter, adil dan ketidakadilan, kerapian dan kekacauan. Kontras yang masih ada begitu dramatis, yang menjadi jelas bahkan peneliti yang tinggal pada masa itu melawan cukup tinggi. Disana eksis semua cara penjelasan dengan menghargai faktor dari peristiwa yang mendasarinya. Geografi, iklim, penjajahan sebelumnya dan sejarah besar yang samar akan perilaku aneh dalam penjelasan dari penyimpangan ekonomi saat ini. Bagaimanapun juga, konsekwensi yang dimiliki suatu budaya untuk pembangunan telah diberikan shirft pendek. Alasan yang memungkinkan untuk ini adalah bermacam – macam, bagaimanapun Patterson (2006) menyimpulkan bahwa “penyebab utama untuk kekurangan ini adalah sebuah dogma deep-seated yang telah berlaku pada ilmu pengetahuan sosial dan kebijakan yang mengitarinya sejak pertengahan tahun 1960 an: penolakan beberapa penjelasan yang meminta atribut budaya yang dimiliki kelompok – sikap membedakan, nilai dan kecenderungan, dan hasil perilaku dari anggota – anggotanya….” (Hal 13). Mengapa ini ditolak? Budaya sulit untuk mengarah pada beberapa level: hal ini secara definisi merupakan problematik; hal ini ambigu secara langsung – berdampak secara simultan dan dipengaruhi oleh sebuah faktor kontekstual utama; hal ini sulit untuk diperoleh dan dinilai; dan ini terbawa dengan kemampuannya untuk meniru secara terbuka dan benar – benar marah. Ini juga menggoyahkan banyak sarjana dan para pembuat kebijakan. Bagaimanapun, budaya tersebut sulit untuk menghadapi kegagalan terhadap kompromi yang memungkinkan kekuatan yang bersifat menjelaskan dan eksekutif multinasional yang dimiliki saat ini, yang mengharuskan untuk mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pasar, struktur dan manajemen praktis. Kita menyarankan bahwa budaya terus meningkatkan dalam dunia globalisasi kita (Thorsby, 2001). Memahami faktor ini merupakan sebuah prasyarat penting dari analisis manajerial yang dikhususkan secara penuh (lihat contoh Fan dan Zigang, 2004). Yang lainnya telah dicoba untuk menguji peran budaya secara sama, percaya pada bukti anekdot dan kasus penelitian yang pararel. Bagaimanapun, kita menggunakan sebuah prespektif multidisipliner, skema budaya yang diperoleh secara empiris, dan penilaian kuantitatif dari 34 negara yang diterima secara luas. Untuk pertama kalinya, kita juga mencari untuk menguji konsekwensi yang dimiliki budaya untuk pasar selagi mengontrol kebebasan ekonomi dan politik.
DIMENSI KULTURAL DALAM KEHIDUPAN MANAJERIAL

Kita mengetahui atau mempercayai bahwa sebagian besar budaya dan konsekwensinya memungkinkan untuk jalan hidup dan kerja kita berasal dari penelitian asli yang dimiliki Hofstede (1980) (Bing, 2004). Hofstede berpendapat bahwa “ orang membawa ‘program mental’ yang dikembangkan di dalam keluarga pada awal masa kanak – kanak dan diperkuat di dalam sekolah dan organisasi” ( hal 11). Percayalah bahwa program mental ini berisi sebuah komponen dari kebudayaan nasional, Hofstede memformulasikan sebuah model empiris empat dimensi dari perbedaan kebudayaan. Mengenali faktor – faktor yang meliputi jarak kekuatan, kolektivisme – individualisme, menghindari ketidak pastian dan sifat kelaki – lakian dan kewanitaan. Penelitian Hofstede merupakan jalur yang putus di dalam membedakan kebudayaan nasional secara konseptual dan menyarankan cara dimana perbedaan ini mungkin mempunyai konsekwnsi untuk organisasi dan orang. Penggunaan dari dimensinya tersebar luas di dalam penelitian perilaku dan organisasi yang merupakan kesaksian untuk keseluruhan pendekatan kerjanya. Pada akhir tahun, faktor – faktor kulturalnya telah dihubungkan dengan prespektif dan determinan etika bisnis (Schepers, 2006;Su, 2006;Smith&Hume,2005;Swaidan&hayes,2005), konsumen pembuat keputusan dan iklan(Mikhailitchenko&Whipple,2006;Bang,Raymond,Taylor&Moon,2005;Leo,Bennet&Hartel,2005;Malai&Speece,2005;Yoo&Donthu,2005), pengembangan produk baru (Garrett, Buisson&Yap,2006;Dwyer,Mesak&Hsu,2005), negosiasi internasional (McGinnis,2005;Rammal,2005), spekulasi gabungan (Ritchie,&Eastwood,2005), control manajemen (Garg&Ma,2005;Lere&Potz,2005), tekhnologi informasi (McCoy,Everard&Jones,2005),QA/TQM (Jabnoun&Khafaji,2005), hubungan industri (Black,2005), kepemimpinan (Littrel&Valentin,2005), dan pilihan perangsang (Rehu,Lusk&Wolff,2005). Sedangkan banyak replikasi yang membuktikan validitas dan keandalan penemuannya (lihat Sondergoard, 1994), hal ini penting untuk menghargai sejumlah kontroversi sekitarnya yang masih berasal dari dimensi yang dimiliki oleh Hofstede seperrti halnya aplikasi mereka. Contohnya, ini mungkin disarankan secara realistik bahwa masing – masing faktor seharusnya mempunyai konsepsi lebih baik seperti sebuah bagian dua – dimensional, contoh; mungkin secara teoritis memungkinkan sebuah negara untuk menilai keduanya secara tinggi, baik individualisme, kolektifisme, dan rekan. Tentu saja, Purcell (1987) merepresentasikan faktor ini hanya seperti sebuah cara, yang mana dia berpendapat bahwa firma – firma Jepang sering menekankan aspek individu dalam mengembangkan karyawannya, dan bersamaan dengan kerjasama kolektif. Penempatan dari atribut – atribut ini berlawanan dari sebuah kesatuan rangkaian yang mungkin mereflekfsikan bias orang Barat yang tidak sesuai untuk penelitian orang Timur. Pada kenyataannya, Hofstede & Bond (1988) secara khusus mengembangkan Chinese Value Survey yang menyebabkan perhatian ini. Analisa mereka mengindikasikan bahwa contoh 22 negara berbeda dalam empat cara utama. Faktor – faktor ini ditentukan sama dengan jarak kekuatan, individualism-collectivism dan masculinity-femininity mengidentifikasi varabel lebih awal, akan tetapi satu faktor yang unik, teori penagruh energi yang mungkin menjadi faktor yang sama, atau pada sebuah minimum yang mana mereka begitu tinggi berhubungan dengan beberapa variable ketiga (lihat juga Fang, 2003). Kemudian dalam pengujian empiris kita, kita mempercayai penemuan asli yang dimiliki Hoftsede berhadapan dengan struktur faktor budaya.

Jarak Kekuatan

Faktor jarak kekuatan Hofstede (1980) mengacu luas pada anggota dari sebuah masyarakat yang menerima bahwa kekuatan dan semua itu disatukan dengan distribusinya secara tidak merata.Menurut Hofstede, di dalam sebuah jarak kekuatan masyarakat atas sebuah order ketidaksamaan berada pada tempatnya atau pada semua orang; karakter ketergantungan mayoritas anggota masyarakat, dan ketergantungan pilihan minoritas; atasan dan bawahan dibedakan di dalam cara hirarki; dan kekuatan merupakan sebuah fakta dasar dari masyarakat yang menanggali bagus atau jelek. Di dalam sebuah contoh masyarakat, pemilik kekuatan diberi hak perlakuan khusus menolak kekuatan; memaksa dan mengacu kekuatan yang ditentukan; yang lain dipandang seperti sebuah ancaman satu kekuatan dan jarang dipercaya; dan karakter hubungan konfilk tersembunyi antara kekuatan dan kekuasaan. Di dalam sebuah jarak kekuatan masyarakat bawah, kepercayaan ketidaksamaan yang ada diperkecil; saling ketergantungan anggota menggantikan ketergantungan mayoritas; atasan dan bawahan dipertimbangkan/dianggap sama; dan semua anggota mempunyai hak yang sama.Apalagi di dalam jarak kekuatan masyarakat bawah yang sah dan luas, ditekankan kekuatan; orang pada berbagai macam level kurang diancam/ditekan dan lebih dipersiapkan untuk mempercayai satu sama lain;dan harmoni yang tersembunyi berada diantara kekuatan dan kekuasaan. Berdasarkan struktur yang kaku dan karakter hubungan dari kebudayaan jarak kekuatan atas, keengganan kekuatan relative untuk menilai kekuatan lain yang kurang mengarah/membawa pada tabel ekonomi, dan menerima instrinsik oleh korban – korbannya dari diskriminasi sistematik ini, kita menawarkan hipotesis berikut:

Hipotesa 1: Tingginya jarak kekuatan akan cenderung mempengaruhi pencapaian ekonomi nasional secara negative.

Individualism - Collectivism

Menurut Hofstede (1980), level individualisme atau kolektifisme menandai sebuah kebudayaan yang mencerminkan hubungan antara individu dan kolektif, yang mana berlaku di dalam masyarakat tersebut. Individualisme yang tinggi menyiratkan sebuah pilihan untuk membuat kerangka sosial secara bebas, yang mana orang diharapkan untuk menjaga diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja. Kolektifisme mengindikasikan sebuah pilihan untuk membuat sebuah kerangka sosial, yang mana individu merupakan kesatuan di dalam sebuah keluarga besar secara emosional atau di dalam kelompok lain yang akan melindungi mereka di dalam pertukaran kesetiaan yang tidak dipertanyakan.Di dalam kebudayaan individu orentasi – diri ini, atau kesadaran “Saya”, mengakibatkan sebuah emosi kemandirian dari individu dari dari organisasi dan institusi. Kebudayaan kolektif disifatkan dengan sebuah kesadaran “kami” yang diterjemahkan ke dalam ketergantungan emosional individu dalam masyarakat; sebuah perasaan memiliki; keinginan bawahan dari seorang individu dan sebuah kehidupan pribadi; serta sebuah kepercayaan khusus secara krusial menilai standar tersebut yang membedakan anggota di dalam dan di luar kelompok. Kita menyarankan bahwa mobilitas sosial, pencarian terhadap ketertarikan itu sendiri, ketergantungan psikologis individu, penekanan pada suatu inisiatip, prestasi dan sifat adil dari kebudayaan individu akan menyebabkan individu melaksanakan kerjanya, dimana hal ini akan memperoleh penghasilan tinggi yang telah tersedia. Sebaliknya, perbedaan di dalam ataupun di luar kelompok begitu kuat dipelihara di dalam budaya koletif yang akan menjadikan ketidakmampuan sebagian besar orangnya, khususnya untuk orang yang secara tradisional kurang mengakses tingkat kekuatannya. Kemudian, kita menyarankan sebagai berikut:

Hipotesa 2: Sebuah orentasi kolektif cenderung akan mempengaruhi pelaksanaan ekonomi nasional.

Uncertainty Avoidance

Uncertainty Avoidance/menghindari ketidakpastian menyebar luas kepada orang di dalam sebuah masyarakat yang merasa terancam oleh situasi yang ambigu dan tidak terstruktur. Hofstede (1980) menemukan bahwa kegelisahan ini terungkap dengan sendirinya dalam emosionalitas dan cederung agresif. Pada masyarakat atas, uncertainty avoidance sudah menjadi sifat dalam kehidupan yang dianggap seperti sebuah ancaman terus menerus yang harus dijawab, dan disana eksis keduanya, konflik dan kompetisi lepas secara agresif, dan untuk itu seharusnya menghindari kekuatan untuk konsensus. Sebaliknya, di dalam masyarakat bawah, uncertainty avoidance merupakan perilaku kehidupan yang lebih mudah diterima dan hampir setiap hari datang; terdapat sebuah kepercayaan bahwa konflik dan kompetisi dapat berisi sebuah tingkatan permainan yang adil dan digunakan secara konstruktif; dan tersedia dampak yang lebih besar, berselisih faham, dan untuk hidup dengan sedikit aturan yang memungkinkan. Berdasarkan kecepatan dan ketidak berlanjutannya perubahan waktu hidup kita, keinginan dari masyarakat atas dalam uncertainty avoidance beresiko dan menyelidiki struktur alternative, hubungan dan proses, kita menawarkan hipotesa berikut:

Hipotesa 3: Uncertainty Avoidance yang tinggi akan cenderung berdampak negatif pada pelaksanaan ekonomi nasional.

Masculinity – Femininity

Hoftsede ( 1980) memilih istilah “masculinity “ dan “ femininity” untuk membedakan budaya berdasarkan perbandingan item faktor ini yang salah satunya merupakan yang bernasib sial. Masing – masing uraian yang dibawanya, menyiratkan jauh, peran sex tiruan yang mungkin tidak akurat dan bertentangan, yang mana politik yang tidak penting terbangun. Barangkali ini merupakan dimensi Hoftsede yang salah dimengerti (Rich, 2000), dan Hoftsede sendiri kembali mengingatkan pembacanya bahwa femininity tidak sama ideal seperti feminisme. Laki – laki diharapkan untuk bersaing dan bertindak dengan tegas dan kuat. Perempuan diharapkan lebih lembut, yang merupakan sisi emosional dari kehidupan. Corak masyarakat feminine yang dimiliki Hoftsede lebih melengkapi peran jenis kelamin yang tumpang tindih. Tepatnya, perbedaan ini dalam mengenali kontribusi kemampuan perempuan di dalam aspek ekonomi yang kita percayai akan membedakan ciptaan kesejahteraan pada maskulin melawan budaya feminine. Dengan begitu, kita menyarankan sebagai berikut :

Hipotesa 4: Sebuah orentasi “maskulin” akan cenderung berdampak negatif pada pelaksanaan ekonomi nasional.



Peran Kebebasan

Di dalam menyelidiki hubungan ekonomi dan politik, para sarjana fokus pada urutan di dalam peristiwa ekonomi yang mempengaruhi hasil politik ( Hirschman, 1994). Hubungan ini telah diteliti dengan peningkatan level yang kaku dan hasil tidak seimbang secara dramatis. Przeworski dan Limongi (1993) meninjau ulang seluruh literatur yang belum selesai dengan hati – hati, dan ini tidak mampu untuk menetapkan hubungan yang dicari yang mungkin menjadi bagian tanggungjawab untuk penelitian yang kurang baru – baru ini. Sedangkan dampak langsung mungkin sulit untuk ditunjukkan, kita mengusulkan bahwa kebebasan politik dan ekonomi boleh lebih memainkan peran yang sulit dipisahkan daripada mengajukan sebelumnya. Kita menyarankan sebuah model cakupan lebih di dalam faktor budaya dan politik secara terus menerus yang memungkinkan berinteraksi atau tumbuh dengan hati – hati. Kita juga menyarankan pentingnya bebas dalam berekspresi yang mendasari faktor – faktor budaya yang mungkin menentukan meningkatnya perkembangan pasar nasional. Dengan begitu, kita membantah pengaruh kebaikan moderat melawan dampak langsung, pengintegrasin kultural dan preskektif statis di dalam sebuah cara yang unik. Kita mengusulkan sebagai berikut:

Hipotesa 5: Kebebasan politik dan ekonomi akan berinteraksi dengan faktor budaya, moderating konsekwensi budaya untuk pelaksanaan ekonomi nasional.

Ukuran dan Hasil

Pengujian 34 negara menyisakan kemandirian sejak data survey asli yang dimiliki Hofstede diterbitkan pada tahun 1980, hubungan analisis ( lihat Tabel 1) mengindikasikan bahwa, sebagaimana kita menghipotesakan, karakter budaya seperti meritocratic ( hipotesa 1; p<01),>

Tabel 1

Sedangkan tidak ada variabel kultur-level yang penting dicapai di dalam berbagai format kemunduran (lihat Model 1, Tabel 2, cara ini besar dalam kaitan negara – negara kita menggunakan sebagai level analisis dan berhubungan gerak analisa statistic sederhana untuk mendeteksi dampak yang berarti (lihat Cohen, 1992). Bagaimanapun, R2 (mengatur) dari .24 (p<10)>uncertainy avoidance (p<01)>

Tabel 2

Untuk lebih mengeksplor interaksi kebebasan dan budaya secara penuh, kita memperkerjakan analitik teknik sama yang mengikuti sebuah data median – split pada kebebasan indek status, Seperti bukti di Tabel 3, untuk 17 “free countries” di dalam contoh jarak kekuatan dan variabel individualism-collectivism terkait secara signifikan, korelasinya untuk pelaksanaan ekonomi nasional (p<10>

Tabel 3: Intercorrelation Matrix

Analisa kemunduran multiple pada contoh yang diuraikan menyebabkan variabel jarak kekuatan hilang ke dalam statistik yang tidak penting pada setengah contoh yang cuma – cuma, sedangkan individualism-collectivism (p<10)>uncertainty avoidance diterima secara signifikan (p<10)>

Tabel 4: Multple Regression Analysis

IMPLIKASI UNTUK MANAGER GLOBAL

Penelitian ini tersebar luas lebih awal bekerja pada budaya dan konsekwensi ekonominya dengan menginvestigasi peran yang memungkinkan dari faktor budaya di dalam mendorong atau menakut – nakuti pelaksanaan ekonomi nasional. Teori kita mengandaskan dalil pendukung empiris yang diterima di dalam beberapa kejadian, masing – masingnya penting bagi manager multinasional saat ini.

Pertama, ketika hal ini hadir pada pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar, ini muncul jika tidak semua budaya diciptakan sama. Kita mendalilkan bahwa mobilitas sosial, psikologis independen dari individu, dan penekanan pada prakarsa, kesamaan, karakter inklusif dari budaya individualistik akan menyebabkan individu menerapkan kerja kerasnya, dimana ini akan menghasilkan sisa yang ada paling tinggi. Hipotesa score jarak kekuatan juga lebih tinggi muncul secara negative berhubungan dengan pertumbuhan pasar. Hak perempuan, kemandirian dari kekuatan dan kekuasaan, dan ditingkatkannya mobilitas berasal dari sebuah penolakan kepercayaan pada kekuatan semua ahli yang berkonspirasi untuk mendorong pertumbuhan. Dengan cara yang sama, kesediaan orang untuk beresiko (contoh incertainty avoidance) dan menerima konsekwensi dari munculnya resiko yang mereka ambil berhubungan dengan isu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Masyarakat yang bersifat kurang membatasi menandai perilaku, kesediaaan untuk menetapkan “truths” dan untuk mengadakan percobaan, untuk terlibat di dalamnya dan bertoleransi terlibat di dalam perilaku di luar kebiasaan lain, dan untuk menguasai atau tertarik dengan gagasan – gagasan di luar kebiasaan lain, semua muncul secara empiris mengikat positif pada pencapaian pasar.

Kedua, kita menyarankan bahwa untuk komunitas bisnis global, hubungan langsung ini mungkin cukup menyesatkan mereka sendiri. Kita lebih meningkatkan model cakupan di dalam faktor budaya dan politik yang berinterakasi secara berkelanjutan. Kita mengusulkan bahwa pentingnya bebas berekspresi mendasari faktor budaya yang mungkin menentukan kenaikan dari pelaksanaan ekonomi, membantah kebaikan dari pengaruh moderat melawan dampak utama. Pada sebuah basis geopolitical dan makroekonomi saran ini didukung. Setelah mempertimbangkan faktor level budaya, kegunaan beberapa dalil tentang syarat arah politik pertumbuhan pasar harus dipersoalkan. Jika pergerakan yang dimiliki suatu negara terhadap kebebasan individu lebih besar dipandang sebagai inti sari perkembangan politik, dan kemajuannya pada sebuah masyarakat yang makmur sebagai perkembangan ekonomi, penemuan persiapan ini terjadi pada beberapa peristiwa, dan barangkali meningkatkan pemahaman literatur ambigu kita secara empiris. Desakan Negara untuk “get their act together” dan menetapkan institusi demokratis untuk cara pemikiran kita, sangat berhadap-hadapan dengan martabat individu dan hak asasi manusia, bagaimanapun kebebasan muncul dengan sendirinya mempunyai sedikit pengaruh langsung secara ekonomi setelah budaya dipertimbangkan. Secara rinci, individualisme-kolektifisme, uncertainty avoidance, dan masculinity-femininity muncul untuk berinteraksi dengan kebebasan indek status pada komplek cara yang lebih baik. Secara relative negara bebas menemukan penghargaan berdasarkan jasa dan kurangnya penekanan pada anggota di dalam ataupun diluar dimungkinkan tumbuh lebih besar. Pada negara yang kurang bebas, keinklusifan muncul mengendalikan perkembangan.Salah satu tren yang menyolok di dalam dunia industri lebih dari dua dekade terlihat banyaknya perempuan menjadi pasar tenaga kerja, dan baru – baru ini dibayar lebih tinggi. Di dalam negara industri modern perkembangan ini mempengaruhi keluarga secara signifikan. ( contohnya, pengakuan dari pergeseran kedua), tempat kerja ( contohnya, pengenalan kebijakan kerja keluarga yang ramah) dan ekonomi ( contohnya, akses untuk menyatukan sebuah bakat yang lebih besar, meningkatkan ketersediaan tenaga kerja secara umum dan menimbang ulang mencampur home-provided, market-provided dan layanan), dan tren baru – baru ini menjanjikan perubahan peristiwa yang lebih besar.Contohnya, pada kebebasan relative, pertumbuhan Amerika Serikat tinggi secara relative, sepertiga dari semua perempuan menikah berpenghasilan lebih dibandingkan dengan suami mereka. Lebih dari itu, di Amerika Serikat lebih 20 persen perempuan lulusan universitas dibandingkan laki – laki (Elliot, 2001), meramalkan perubahan yang berarti di dalam ekonomi umum seperti halnya pada hubungan inter-personal. Sedangkan penelitian selanjutnya diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan yang kuat, untuk memperluas masyarakat less-free lebih mengenali dan menggunakan penuh bakat bakat perempuan tersebut yang membawa pada tabel ekonomi, hasil kita mengindikasikan bahwa daya saing dan kesejahteraan mereka akan ditingkatkan. Seperti absen pengenalan, satu keinginan bagaimana bangsa akan bersaing.

Ketiga, dengan menghargai ekonomi sebagai sebuah sistem dari satu pemikiran, near-universality dari paradigma sukarela menukar pasar dan rasio seluruhnya, utility-maximizing dan otonomi individu membentuk perdebatan kebijakan publi diatas dunia. Bagaimanapun, menurut beberapa ekonom saat ini suatu pengalaman merupakan sesuatu dari sebuah krisis (Quddus, Glodsby & Farooque, 2000). Sedangkan penyebab dari krisis ini menghindari konsensus, keunggulan matematika, dan menyusun model yang sangat tinggi sebagai basis untuk ekonomi akademik – pada biaya sosiologis, politik, legal dan pertimbangan lain yang memungkinkan – mungkin dikontribusikan turun dengan baik. Ini menjadi jelas pada banyaknya kegagalan pendekatan sekarang yang menjelaskan kompleksitas dari pelaksanaan ekonomi di seluruh dunia sepenuhnya (Nelson, 1996; Fukuyama, 1995; Knack&Keefer, 1995), maupun hal ini cukup untuk menguraikan perilaku micro-level. Contohnya, budaya mungkin mempengaruhi fungsi objektif dan menghambat individu (Sama & Papamarcos, 2000), menjelaskan secara rasional utility-maximizing ekonomi neoklasikal, yang akan dianggap suatu perilaku yang membingungkan. Thiruvadanthai (2000) mengobservasi bahwa model ekonomi mengabaikan budaya membedakan kekhususan yang sederhana, dan teori, seperti yang dilakukan Simon ( 1976) lebih awal, bahwa agen ekonomi bertindak pada ketertarikan mereka sendiri di dalam menghambat kemampuan mereka, prosedur menggantikan secara rasional untuk subtansi, dan menggunakan heuristic dan peraturan umum sebagai panduan. Jadi, meskipun pelaku ekonomi mungkin terbatas secara rasional, panduan ini mungkin mempunyai sebuah basis budaya yang baik, dan mungkin mempengaruhi beberapa jumlah variabel (lihat contoh, Patterson, 2006). Menguji dimensi yang dimiliki Hoftsede dan bagaimanapun direfleksikan di dalam kebijakan ekonomi masyarakat, respon dan hasil normative, seperti halnya di dalam fungsi kegunaan yang dimiliki individu, memperluas lebih awal kerja ke dalam budaya dan organisasinya serta konsekwensi perilaku, dan mungkin menyediakan beberapa pengertian mendalam pada peran yang memungkinkannya di dalam mempengaruhi perkembangan pasar nasional. Menuangkan kembali ekonomi di dalam memperjelas teori intercultural yang menekankan pada sebuah pertalian profokatif. Pendekatan interdisipliner ini menyarankan bahwa nilai ekonomi mungkin meliputi nilai budaya, atau vice versa, dan ekonomi tersebut menfokuskan pada variable seperti produktifitas, tekhnologi, tingkat investasi, dan arus modal yang mungkin sedikit banyak tidak sempurna. Untuk itu kami menyarankan sebuah pandangan ekonomi yang meniadakan pengaruh budaya pada kegiatan dari agen ekonomi individu dan institusi yang membangun mereka dan mungkin tidak mencukupi, menyoroti kemungkinan dari kualiatatif selanjutnya seperti halnya pemeriksaan kuantitatif terhadap usaha pengembangan.

Keempat, pada level analisa lain yang dari agen pengembangan di seluruh dunia, “mental program” Hoftsede (1980) menyatakan kita semua membawa shirft pendek yang diberikan pada biaya yang besar, dari sebagian besar kepekaan diantara kita. Kita mengusulkan bahwa dalam membentuk strategi untuk mengurangi kemiskinan pada Dunia Ketiga, seperti halnya melanjutkan untuk meningkatkan standar kehidupan di dalam dunia industri, pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan dampak budaya, dan barangkali proses perubahan budaya.Penelitian kita mengindikasikan bahwa tidak ada satu gaya pengembangan yang akan sesuai dengan semua keadaan, membedakan ekonomi, isntirusi, dan kondisi budaya yang lebih baik akan menentukan pendekatan di dalam masing – masing contohnya, membutuhkan, sebagaimana Throsby (2001) mengobservasi, “ sebuah orentasi ulang perkembangan pemikiran dari sebuah model seragam commodity-centered ….. terhadap sebuah satu human-centered yang pluralis” ( hal 72). Pada awalnya, dijelaskan mengapa beberapa komunitas mungkin tumbuh secara ambivalen dan membuat perkembangan pilihan yang berbeda, Ramsay (1996) menyarankan bahwa kita harus mengeksplor faktor varietas, yang meliputi kontek budaya dari masing – masing komunitas. Secara spesifik, nilai budaya dan praktek social mungkin membuat beberapa pilihan perkembangan yang memungkinkan sukses dan lain sebagainya. Dalam satu penelitian Ramsay mengusulkan proyek menentang, karena mereka merasa elit pada alam dan bertentangan dengan sebuah budaya antithetical untuk materi yang bersaing dan yang diperoleh.

Tentunya hubungan intrepetasi diusulkan di dalam kertas ini yang harus dibuat dengan hati – hati. Pasar dan budaya berubah, hubungan mereka dinamis, dan tentunya, masing – masing dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, meliputi demographic dan membantu di dalam komunitas global. Dengan berbagai pengaruh yang mungkin mengalir dalam berbagai arah secara simultan, sukses besar pada pekerjaan yang dilakukan.Bagaimanapun, abad 21 menawarkan sedikit, jika tidak meningkatkan kebutuhan untuk prespektif bisnis global, membuat usaha untuk memahami perbedaan kita dan menyamakan semua yang lebih bermanfaat.